.

Setelah meletakkan fondasi infrastruktur teknologi informasi (TI) dalam beberapa tahun terakhir ini, BUMA terus memperluas pemanfaatan TI dan mengembangkan sistemnya berdasarkan perkembangan pasar, industri, dan internal BUMA. Pada 2017, BUMA terus memperlebar pemasangan aplikasi TI agar dapat diterapkan di seluruh lokasi proyek. PERKEMBANGAN dalam bentuk improvisasi ini akan terus dilakukan secara BERKESINAMBUNGAN

scroll kebawah

Teknologi Sebagai Terobosan Baru yang Menjanjikan

Dalam industri pertambangan, teknologi memiliki fungsi penting. Teknologi berperan untuk mendukung berbagai proses dalam operasional tambang agar menjadi lebih produktif dan efisien. Meski demikian, Direktur Utama BUMA Ronald Sutardja mengingatkan, teknologi bukanlah segalanya. Pemanfaatan teknologi harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

scroll kebawah

BUMA telah membangun dasar dari penerapan teknologi informasi sejak era 2009. Saat itu, BUMA mulai mempertimbangkan untuk menggunakan teknologi yang terintegrasi berupa Solusi SAP ERP (Enterprise Resource Planning).

“Pada saat kita masuk ke SAP itu, kita sudah punya 10-11 proyek. Tidak bisa lagi dengan menggunakan software yang dibikin internal, tidak mampu lagi. Makanya kita harus memakai sistem,” papar Direktur Utama BUMA periode 2009-2011, Budikwanto Kuesar.

Pada 10 Februari 2011, SAP ERP resmi go-live di BUMA setelah proses implementasi dimulai sejak April 2010. Peresmian tersebut, bukan hanya menjadi wujud nyata continuous improvement yang dilakukan BUMA. Namun, saat itu BUMA juga menjadi perusahaan pertama di bidang jasa kontraktor pertambangan batubara yang mengimplementasikan SAP di kawasan Asia Pasifik. Sistem baru ini memungkinkan BUMA untuk memperoleh integrasi data, efisiensi proses bisnis, dan informasi secara real time.

Pada saat peresmian, Budikwanto mengatakan, “Kami berharap penerapan solusi SAP ERP akan membantu BUMA dalam menjalankan proses transformasi dari perusahaan keluarga menjadi perusahaan dengan standar internasional yang dikelola secara profesional. Sejumlah keuntungan yang diperoleh melalui solusi SAP ERP, antara lain penghematan biaya terutama dalam operasional manajemen, sehingga bisa meraih peningkatan ROI dan peningkatan efisiensi dalam maintenance management, di mana sebagian besar biaya berasal dari kegiatan tersebut.”

Mereka harus bisa memastikan bahwa alat berumur panjang dan tidak banyak problem. Selain itu, harus pula mendapatkan dukungan dari distributor yang kuat. “Kalau cuma ingin murah, tapi distributor tidak kuat, siapa nanti yang mau supply spare part?” ujar Budikwanto.

Selangkah Lebih Maju

Seperti disebut sebelumnya, teknologi hadir untuk manusia, membantu memudahkan hidup manusia. Namun, bukan berarti manusia bisa dikendalikan oleh teknologi. Sebaliknya, manusialah yang harus mengontrol teknologi dan berjalan di atasnya. Sebab, manusia adalah mahluk berpikir dan pembelajar. Teknologi seribet apa pun bisa dikuasai seseorang selama ia mau berpikir dan belajar.

Di pertambangan, teknologi sangat diperlukan. Mulai dari kebutuhan monitoring target produksi hingga mengelola mobilitas pekerja dan alat. Pada masa sekarang, teknologi pertambangan ini bahkan telah mampu menjadi “mata” bagi para pemangku kepentingan, sekalipun mereka tidak sedang berada di area penambangan.

Menerapkan dan mengintegrasikan teknologi yang tepat, mendukung dan meningkatkan keunggulan operasional BUMA menuju standar efisiensi dan efektivitas terbaik. Terintegrasi dengan sistem manajemen, teknologi informasi (TI) memainkan peran utama dalam operasional dan pertumbuhan perseroan, termasuk pengembangan SDM, efisiensi peralatan, dan produktivitas.

Sebagai salah satu dari beberapa perusahaan yang dilengkapi dengan teknologi mutakhir di industri pertambangan batubara, BUMA telah mengembangkan Fleet Management System (FMS) dan Equipment Health Management System (EHMS) untuk memantau kondisi armada dan peralatan secara real-time sehingga setiap gangguan dapat ditekan dan diatasi dengan cepat untuk meminimalkan lost time.

FMS memfasilitasi pemantauan real-time pemanfaatan armada dalam satu platform. Sistem ini mendukung menajemen pemanfaatan armada yang lebih cepat dan lebih akurat, yang membantu BUMA mencapai manajemen proyek dan struktur biaya yang lebih efisien. Sistem ini meminimalkan waktu tunggu armada yang tidak produktif dan memaksimalkan penggunaan armada.

Sedangkan EHMS menyediakan BUMA dengan informasi tentang kondisi peralatan secara real-time. Dengan EHMS, manajemen dapat menjadwalkan perawatan dan perbaikan peralatan berdasarkan kondisi aktual. Akibatnya, BUMA dapat mengurangi biaya sambil mempertahankan kondisi peralatan sesuai dengan praktik terbaik industri.

Kedua sistem tersebut juga digunakan untuk mendukung pelaksanaan prosedur standar pemeliharaan, yakni washing, inspection, condition-based monitoring, ordering, dan planning and execution (WICOPE) untuk menunjang perpanjangan umur peralatan sehingga dapat memaksimalkan produktivitas dan mempertahankan biaya operasional yang rendah secara berkelanjutan. Di bagian SDM, teknologi memberikan kemudahan kepada karyawan sehingga pekerjaan mereka dapat dilakukan lebih cepat dan efisien, yang kemudian mendorong produktivitas karyawan.

Pada 2017, BUMA berhasil membawa sistem TI-nya selangkah lebih maju dengan meluncurkan implementasi FMS dan EHMS di hampir semua area tambang BUMA. Selanjutnya, BUMA terus memperbaiki sistem lain yang ada dan mempersiapkan sistem baru untuk diimplementasikan di masa depan dengan tetap memperhatikan hukum dan perarturan yang berlaku.

Pada 2018, BUMA terus menjalankan teknologi yang ada ke seluruh area kerja. Lebih lanjut, BUMA akan terus berusahan mencapai kemajuan lebih lanjut dengan memastikan penggunaan teknologi secara optimal untuk meningkatkan kinerja operasi. Selain itu, BUMA berencana untuk mulai menerapkan teknologi lain yang bertujuan untuk efisiensi biaya dan peningkatan produktivitas, yakni Fuel Management System (FuMS).

Dengan FuMS, BUMA dapat memantau penggunaan bahan bakar peralatan dan menerapkan otomatisasi hingga batas tertentu. Sistem ini dirancang sebagai langkah untuk mengatasi kelebihan penggunaan bahan bakar karena proses pengoperasian dan pengisian bahan bakar peralatan yang tidak efisien. Meskipun bahan bakar disediakan atau ditanggung oleh pelanggan, setiap kelebihan penggunaan bahan bakar di luar rasio bahan bakar yang disepakati akan menjadi biaya tambahan bagi BUMA.

Oleh karena itu, FuMS diharapkan dapat menunjang proses pemantauan dan pengelolaan penggunaan bahan bakar, menciptakan efisiensi signifikan yang akan mengurangi biaya penyesuaian bahan bakar BUMA, sekaligus berpotensi menurunkan biaya yang dibebankan kepada pelanggan.

Pengembangan TI memainkan peran penting dalam akselerasi kegiatan operasional sebagai bagian dari unsur strategis bisnis BUMA. Sejak 2015, BUMA telah mengembangkan infrastruktur TI untuk meningkatkan efektivitas semua proses bisnisnya dengan sasaran peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja. Dalan proses pengembangan TI, BUMA berfokus pada kebutuhan infrastruktur TI jangka panjang.

Setelah meletakkan fondasi infrastruktur TI dalam beberapa tahun terakhir ini, BUMA terus memperluas pemanfaatan TI dan mengembangkan sistemnya berdasarkan perkembangan pasar, industri, dan internal BUMA. Pada 2017, BUMA terus memperlebar pemasangan aplikasi TI agar dapat diterapkan di seluruh lokasi proyek. Improvisasi ini akan terus dilakukan secara berkesinambungan.

Pada akhir 2017, sistem unggulan BUMA yakni FMS, telah diterapkan di tiga lokasi proyek besar. Sedangkan, EHMS telah dipasang di semua lokasi proyek. Pemanfaatan kedua sistem ini mendukung kinerja yang lebih cepat, akurat, dan inovatif untuk pencapaian keunggulan operasi.

Rencana Pengembangan TI

Pengembangan TI di BUMA didasarkan pada visi bisnis dan teknologi proses BUMA yang menguraikan rencana pengembangan solusi TI terpadu di seluruh proses bisnis untuk tiga tahun ke depan. Rencana pengembangan TI juga mencakup integrasi dan otomatisasi semua proses bisnis di semua fungsi atau departemen termasuk produksi, logistik, akuntansi, keuangan, dan sumber daya manusia.

Untuk mendukung manajemen dalam menentukan strategi-strategi yang tepat dan cepat, BUMA memanfaatkan sistem informasi manajemen Enterprise Resourses Planning (ERP). ERP adalah sistem informasi manajemen yang berperan mengintegrasikan dan mengotomatisasikan semua sumber daya, informasi dan aktivitas untuk proses bisnis. Sistem ini membantu manajemen dalam menentukan strategi yang tepat dan cepat. ERP menggunakan Aplikasi Sistem dan Produk (SAP) dalam pemrosesan data. Selain itu, BUMA juga menggunakan aplikasi untuk intelijensi bisnis dan aplikasi untuk manajemen proses bisnis.

Melalui penggunaan teknologi dalam armada dan manajemen manusianya, BUMA mampu meningkatkan akurasi dan kecepatan operasinya. Pada akhirnya, peningkatan kapabilitas teknologi dan manusia diharapkan akan dapat mengerek produktivitas dan efisiensi biaya pula.

Guna memastikan kelancaran implementasi TI, BUMA telah membentuk Dewan TI atau Fungsi Keunggulan Bisnis untuk memantau implementasi pengembangan TI. Dewan TI terdiri atas dua orang direktur (Direktur Operasional dan Teknik serta Direktur Plant dan SDM), GM Business Excellence, Manajer BE Solution, dan Manajer TI. Dewan TI melapor langsung kepada direktur utama.

BUMA juga membentuk Divisi TI yang terdiri atas dua departemen, yaitu Departemen TI yang mengelola perangkat keras dan perangkat lunak BUMA; dan Departemen Solusi BE yang berfokus kepada perencanaan strategis, manajemen, kontrol dan analisis lapangan, kantor manajemen proyek, serta pengembangan teknologi.

Berani Mencoba

Pada proyek BUMA di tambang milik Adaro misalnya, ada divisi yang salah satu tugas utamanya adalah mengoperasikan teknologi informasi-informatika. “Penjaga gawang” divisi ini bernama Ng Cin Tai yang lebih akrab disapa Amo, adalah superintendent IT. Bagaimana ia bisa bekerja di BUMA akan diriwayatkan pada bagian lain dalam buku ini. Yang jelas, Amo sudah bekerja 17 tahun bersama BUMA.

Secara singkat, tatkala BUMA belum banyak mengaplikasikan teknologi, Amo bekerja di bagian logistik sebagai storeman yang mengelola keluar-masuk barang. Kala itu, ia bekerja di bawah pengawasan seorang supervisor. Dalam rutinitas mingguannya, lebih banyak ia habiskan untuk berkeliling dari satu rak ke rak lainnya. Hal ini tentu saja dilakukan atas perintah atasannya saat itu. Amo dituntut untuk menghafal jenis barang atau suku cadang yang tersedia, termasuk di mana peranti itu biasa diletakkan.

Sekarang situasinya telah jauh berbeda. Sebab, semua stok barang atau suku cadang telah tercatat di komputer dan bisa dengan mudah dilacak letak penyimpanannya. Namun, komputerisasi ini bukan berarti tanpa kendala. Sebab, jika sistem komputer sedang down atau mengalami gangguan, maka karyawan di bagian ini bisa kesulitan. Alasannya sederhana saja, mereka tidak terbiasa menghafal.

“Dulu, kami harus menghafal. Misalnya, filter ini harus bisa dipakai untuk ini. Filter jadi suku cadang yang termasuk fast moving atau sering diganti. Ini (filter) setiap minggu pasti harus keluar, misalnya bagian mekanik datang terus bilang, ‘Saya mau service dozer.’ Nah, kita harus hafal filter apa yang diperlukan dan di mana naruhnya,” kata Amo.

Oleh sebab itu, sambung Amo, dengan adanya divisi yang khusus mengelola TI diharapkan kejadian atau gangguan sistem komputer bisa diantisipasi atau ditangani lebih cepat. Ia mengaku, saat pertama kali ditugaskan di Adaro, gudangnya sudah memakai komputer meski sistemnya masih sederhana. Ia harus mempelajarinya sekitar enam bulan.

Amo mengaku tertarik bersentuhan dengan sistem komputer untuk urusan pekerjaan, karena ia dulu terbiasa bermain game. Karena hobinya ini, ia sedikit banyak mengetahui cara kerja suatu sistem komputasi. Seiring waktu, sistem TI yang digunakan BUMA semakin canggih dan kian luas, tak hanya untuk urusan pergudangan saja. Amo pun dituntut untuk semakin banyak belajar dan dia pun menyanggupinya.

“Dan pada waktu itu, IT sudah mulai pakai aplikasi untuk akses sederhana. Lalu dibilang, ‘Ya sudah kamu jadi IT.’ Alhamdulillah, tanpa adanya SK,” imbuh Amo.

Sejumlah pelatihan lalu diikuti Amo. Kalau dulu mengelola TI hanya sebatas “berani mencoba”, sekarang tuntutannya jelas lebih terarah dan memerlukan kualifikasi. Untuk maintenance perangkat notebook karyawan misalnya, ada prosedur standarnya, tak bisa coba-coba lagi. Termasuk menjaga keamanan sistem dan jaringan, meski pada beberapa level, pekerjaan ini menjadi tanggung jawab TI kantor pusat.

“Contohnya seperti login. Kan, login sebagai akses masuk ke jaringan. PM punya akses ke A, B, C, D. Login untuk level bawah hanya punya akses ke kanal-kanal tertentu saja. Ini yang juga kita kelola,” ucap Amo.

Perkembangan revolusioner TI juga mendorong perusahaan melakukan digitalisasi terhadap pekerjaan, karyawan, pelaporan keuangan, hingga aset-aset lainnya. Tak terkecuali BUMA. Digitalisasi ini bertujuan untuk mempermudah kontrol atas kinerja perusahaan, dari rutinitas skala besar hingga yang terkecil. Konsekuensi logisnya, BUMA harus menyiapkan infrastruktur TI yang mumpuni.

Dalam konteks di lapangan, Amo dan jajaran staf TI BUMA harus menjaga infrastruktur TI BUMA di Adaro. Kalau sampai jaringan down misalnya, ini akan meluas dampaknya. Contohnya, project manager akan kesulitan untuk memberi persetujuan atas suatu permintaan. Amo dan timnya mesti memitigasi segala potensi masalah terhadap TI BUMA di Adaro.

Salah satu masalah yang bisa membuat jaringan down adalah serangan virus pada server. Kalau hal ini sampai terjadi, kata Amo, timnya akan mematikan terlebih dulu server file utama dan mengisolasi sistem yang terjangkit virus. Setelah itu dilakukan random check ke semua user hingga ketahuan sampai di mana saja dampak serangan virusnya.

Pencegahan terhadap serangan virus seperti itu sebenarnya tidak bisa dilakukan oleh TI semata, sebab meski Amo dan timnya telah mempertebal keamanan sistem, pertahanan jaringan tetap bisa jebol jika user-nya ceroboh. Jadi, diperlukan juga kesadaran seluruh karyawan yang menggunakan jaringan TI agar berhati-hati dalam mengakses suatu sumber data.

BUMA juga memberikan gawai kepada sejumlah pimpinan unit di site untuk mengefisienkan dan mengefektifkan pekerjaan. Namun, pada awalnya dulu, penggunaan gawai ini tak semulus rencana, sebab ada habitus atau kebiasaan yang perlu diubah dari personel yang mengoperasikannya.

Amo bercerita, salah satu pengguna gawai tersebut adalah pengawas produksi. Mau tak mau, TI BUMA harus mengawal kebiasaan baru ini. Sebab, pengguna gawai diwajibkan untuk mengisi rutinitas produksi atau meng-update laporan. Saat kali pertama gawai dipakai sebagai salah satu peranti kerja, Amo sempat ragu-ragu akan penerapannya. Akibatnya, Amo dan timnya harus nongkrongin para pemegang gawai ini. Mereka bahkan sempat memperkecil alokasi waktu untuk mengurus pekerjaan divisi TI demi memastikan para pengawas produksi benar-benar mampu memanfaatkan gawai yang dipegangnya.

“Pasti akan ada penolakan di awal, karena mungkin merasa terbebani oleh aktivitas mengisi laporan dan lain-lain. Ini wajar sebenarnya karena mereka belum merasakan manfaatnya. Sebab, manfaat teknologi, kan, tidak bisa langsung kelihatan. Contohnya, kalau dia sudah bisa lihat data kan, tidak perlu lagi email, SMS, atau radio. Dia pun bisa lebih cepat memutuskan suatu tindakan,” ujar Amo.

Amo dan timnya kemudian mengajari para pemegang gawai satu per satu, mulai dari cara login hingga melakukan pelaporan atau membuat transaksi. Setiap langkah yang dilakukan di gawai memerlukan klik. Setelah mengklik, biasanya membutuhkan waktu beberapa detik untuk masuk ke langkah selanjutnya. Tempo beberapa detik ini yang awalnya membuat para pemegang gawai tidak sabar, lalu menjustifikasi bahwa jaringannya bermasalah. Padahal Amo dan timnya sudah sangat menjaga kestabilan jaringan agar implementasi gawai ini berjalan lancar dan benar-benar bermanfaat untuk pekerjaan.

Namun, saat ini, situasinya sudah lebih baik. Penggunaan gawai sudah menjadi kebutuhan para pengawas produksi untuk memonitor dan melaporkan pekerjaannya. Salah satu indikasinya, para pemegang gawai cepat memberikan laporan atau mengajukan komplain jika jaringan memang benar bermasalah.

“Kalau dia tidak butuh, mungkin akan diam saja jika terjadi gangguan jaringan,” kata Amo.

Label Pembeda

Dalam konteks yang lebih luas, TI memang menjadi salah satu pilar perusahaan BUMA. Ini diamini oleh IT Manager BUMA Edwin Rene Asparsayogi yang berkantor di Jakarta. TI ini menjadi semacam label yang membedakan BUMA dengan kompetitor. Proses transformasi digital ini masih terus berlangsung di BUMA.

Dengan teknologi, perusahan dimungkinkan untuk memonitor kinerja dan pencapaiannya secara real time. Di BUMA, pekerjaan penambangan setidaknya ditopang oleh produktivitas operator, data manusia dan alat berat, serta proses bisnis. Teknologi yang diaplikasikan BUMA diarahkan untuk memantau ketiga sektor tadi. Kalau perusahaan tidak memiliki tools atau alat untuk memonitor hal tersebut, progresivitas bisnis akan terhambat.

Nah, agar penerapan teknologi ini berjalan lancar, BUMA tidak sendirian. Perusahaan ini bekerja sama dengan sejumlah vendor penyedia TI pertambangan. Wujud kerja sama salah satunya berupa pelatihan agar staf yang mengoperasikan TI tersebut cepat terampil dan cakap.

“Semua lini di BUMA sudah memakai teknologi yang sesuai kebutuhannya. Untuk melihat apa yang sedang terjadi dan bagaimana mengatasinya jika itu merupakan persoalan. Atau, bagaimana mengoptimalkanya jika hal itu merupakan sesuatu yang positif. Namun, kita harus akui masih berusaha menyatukan semua teknologi di setiap lini itu agar kian mudah mengontrolnya. Karena ada beberapa teknologi yang sampai sekarang masih terpisah-pisah, belum bisa digabung. Selain itu masih juga ada kesulitan di mana pemerintah masih mewajibkan kita pakai cara manual, misalnya E2H. Contohnya, sebelum bus beroperasi kan, harus diperiksa secara visual oleh mekanik. Ada juga operator yang masih memakai checklist manual kertas untuk memeriksa kesiapan unitnya. Ini kita masih mencari formulasi yang tepat untuk menerapkan teknologinya,” papar Edwin.

Di site, implementasi teknologi ini mulai terasa manfaatnya. Saat pergantian karyawan di area TOS misalnya, bisa dimonitor antara ketersediaan unit dan kesiapan operatornya. Ini disebut sebagai line up system. Dalam sistem ini terdapat sarana untuk memantau jadwal kerja harian atau daily work schedule para operator.

“Contohnya, alat berat ini untuk shift pagi dan operatornya adalah pak A, B, C; shift malam siapa, dan untuk skema tiga hari siang, empat hari malam, satu di-off-kan, dan sebagainya. Sehingga cocok antara operator dan unitnya,” ujar Edwin.

Kalau dilakukan secara manual, pencocokan antara unit dan operatornya ini bukan perkara sepele. Sebab, bisa saja jadwal sudah dibuat tapi operatornya pada hari-H jatuh sakit. Kalau ada yang sakit bisa jadi ada operator lain yang harus lembur, akibatnya setelah lembur, operator tersebut harus off dulu. Hal ini tentu akan banyak mengubah jadwal yang sudah disusun.

Sebelum ada line up system ini, pengawas akan sangat kerepotan jika ada operator yang tiba-tiba izin sakit atau keperluan lain yang sangat penting. Pengawas harus sibuk mencari operator pengganti yang siap. Waktu “mondar-mandir” untuk mencari operator pengganti ini katakanlah 15 menit, tapi waktu selama itu sangat kritis bagi operasional pertambangan. Sementara itu, bus yang mengantar karyawan dari TOS ke unit atau tempat mereka bekerja harus bergerak terus dan jadwalnya tidak boleh mundur.

Jika sampai pengawas gagal mencari operator pengganti, akibatnya bisa cukup serius. Sebab, produksi bisa hilang beberapa ribu ton dalam sehari. Dengan adanya digitalisasi sistem ini, unit bisa dipantau kapan saja operasionalnya, apakah ada yang rusak, apakah ada suku cadang unit yang mamasuki masa pemeriksaan atau pergantian, hingga ketersediaan operator yang siap menggantikan operator yang berhalangan.

Dengan demikian, jika ada situasi yang mendesak, penanganannya menjadi relatif lebih cepat. Di luar hal-hal teknis, line up system ini akan memudahkan karyawan untuk mengajukan cuti atau mengecek penggajian.

Memonitor Dari Kantor

Di salah satu sudut kantor BUMA di bilangan Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara, terpajang sejumlah monitor kira-kira berukuran 50 inci. Monitor-monitor itu menyajikan setidaknya 3 komponen warna: merah, hijau, kuning. Di seberang monitor, beberapa orang tampak mengamati segala informasi yang terwakili oleh setiap warna tadi. Mimik wajah mereka fokus, cukup serius.

Boleh diduga, informasi yang muncul di setiap monitor itu tidak main-main. Minimal mencakup pencapaian target penambangan hari itu. Jika terdapat sinyal yang menandakan sebuah unit berhenti cukup lama contohnya, “pengamat” monitor segera mencari tahu apa yang terjadi pada unit itu. Bila ternyata ada suatu masalah, maka si pengamat akan langsung mengontak siapa-siapa saja yang perlu dimintai keterangan agar problem yang dialami unit itu segera kelar atau menemukan jalan keluar.

Kondisi detail di area penambangan, telah dapat dimonitor oleh kantor pusat BUMA. Hal ini karena penerapan teknologi yang dilakukan BUMA terbilang masif. Namun, pelaksanaannya tentu tak semudah menjentikkan jari, sebab perusahaan juga harus menyiapkan organisasi dalam hal struktur dan kompentensi.

Untuk implementasi teknologi, BUMA telah menyiapkan desain organisasinya. Pada masing-masing struktur organisasi, BUMA membangun rincian dan spesifikasi pekerjaan. Termasuk mengembangkan kebutuhan kompetensi agar setiap karyawan yang ditempatkan di masing-masing posisi dapat mencapai kinerja terbaiknya.

GM Office BOD BUMA Hasan Widjaya mengatakan, teman-teman yang bertugas mengamati monitor itu mesti punya kemampuan planning dan analitycs, karena itu kuncinya. “Karena mostly yang melototin itu berfungsi sebagai planner seharusnya. Kalau yang dilihat sama seperti yang saya pikirkan, seharusnya berada di FMS.”

Teknologi, lanjut Hasan, menjadi salah satu fokus perusahaan selama 2018. BUMA pun banyak membangun aplikasi internal, baik kerja sama dengan vendor maupun membangun tim secara internal. FMS misalnya, merupakan aplikasi yang sejak lama telah mengalami improvisasi, tapi ini diakui agak tersendat. Faktor penyebabnya antara lain manajemen proyek yang dulu tidak bagus. Namun, saat ini seiring dengan keberhasilan pembenahan pengelolaan proyek, FMS sudah lebih baik penerapannya.

“Nah, FMS itu aplikasi untuk membantu teman-teman di lapangan memonitor pergerakan dari armada, termasuk kondisi armadanya. Utilisasi dari alat atau unit akan terpantau. Misalnya, ada unit yang lagi diistirahatkan atau dipakai untuk mengangkut sesuatu, termasuk apakah target pengangkutan unit tersebut dalam sehari tercapai atau tidak. Semua itu kita report di sistem supaya kita bisa analisa. Memang harus diakui area ini di BUMA masih proses pengembangan,” jelas Hasan.

Untuk urusan operasional sendiri, aktivitas penambangan BUMA dikomandoi oleh Direktur Operasi BUMA Sorimuda Pulungan. Berbicara panjang lebar di markas pusat BUMA di Jakarta, Pulungan mengatakan, sebagai kontraktor fokus utama BUMA adalah menambang batubara.

Di Indonesia, kata dia, penambangan batubara sebagian besar memang dilakukan kontraktor. Pihak owner biasanya lebih banyak berperan pada tahap eksplorasi dan pembuatan model. Berdasarkan model itu, dapat ditentukan apakah sebuah proyek dianggap layak atau tidak.

Setelah sebuah proyek dinyatakan feasible, tender pun dibuka untuk kontraktor yang akan mengerjakannya. Kontraktor yang dipilih adalah mereka yang mampu memberikan penawaran terbaik, tetapi juga dikenal mampu menjalankan produksi dengan baik dan aman.

“Tidak selalu owner memikirkan harga yang murah. Owner sering kali memikirkan performance kontraktor itu menjanjikan karena operasinya tidak bisa berjalan aman, itu critical buat dia. Kalau ada insiden yang fatal, tidak tertutup kemungkinan dia mendapat teguran dari pemerintah yang bisa me-review dan menyetop operasi,” ujar Pulungan.

Divisi operasional bertanggung jawab untuk mengerjakan dan memenuhi target produksi yang telah ditetapkan. Meski demikian, key performance indicator (KPI) yang utama bukan hanya pencapaian target, tetapi juga faktor keselamatan (safety).

“Kita beroperasi dengan record yang telah ditentukan. Ada sejumlah indikator yang digunakan untuk mengukur kesuksesan safety, mulai dari loss time injury, loss time severity index, lingkungan, dan seterusnya. Secara keseluruhan, ada 12 KPI yang harus dijaga di angka yang sudah ditentukan range-nya,” paparnya.

Saat divisi operasional bekerja, bagian engineering akan memikirkan penjadwalan dan perencanaan untuk mencapai target produksi. Divisi operasional juga bertanggung jawab penuh terhadap peralatan tambang yang diperlukan serta pemenuhan kebutuhan sumber dayanya. Namun, pada praktiknya, divisi operasional akan bekerja sama dengan fungsi lain, di antaranya sumber daya manusia (human resources) untuk ketersediaan pekerja serta plant untuk ketersediaan alat-alat yang dibutuhkan.

Dalam menjalankan operasi, terdapat prosedur-prosedur, tahapan demi tahapan, serta good mining practices. Untuk mendukung kelancaran operasi, juga dimanfaatkan bantuan teknologi berupa FMS.

“Setiap alat di tambang di-attach GPS untuk memonitor pergerakannya, juga di-attach komputer di alatnya untuk mengetahui performance alatnya,” jelas Pulungan.

Dengan demikian, akan diketahui misalnya muatan sebuah truk, kecepatannya, bahkan temperatur mesinnya. Semua data tersebut kemudian dihubungkan dengan database system dan kemudian ada orang yang bertugas untuk mengoptimasi semua komponen operasional. Itulah cara kerja FMS.

Selain itu, di BUMA dikembangkan pula tools berupa dashboard supervisory behavior monitoring. “Supervisor-supervisor dilengkapi dengan aplikasi yang kita buat. Itu semua dalam rangkaian bagaimana orang operation bisa jalankan tambangnya dengan produktif, efisien, dan aman,” ungkap Pulungan.

“Otak” Produksi

Seperti dijelaskan oleh Pulungan, bagian engineering itu merupakan bagian yang melakukan perencanaan produksi. Pada anatomi tubuh manusia, bagian engineering itu ibarat otaknya. Perencanaan itu bisa bersifat jangka pendek, bisa pula jangka panjang, tergantung pada kondisi tambang.

Seperti di site Lati yang memiliki kontrak jangka panjang sampai akhir tambang. “Jadi kita mendiskusikan pergerakan tambang dari tahun ke tahun sampai akhir tambang dengan pihak owner. Kemudian, dari perencanaan yang ada, kita memberikan guidance pada operasional produksi,” tutur Manajer Engineering BUMA jobsite Lati Taufiksani.

Dalam perencanaan akan ditentukan, apakah pergerakan tambang mengarah ke utara atau selatan, mana bagian terdalam sebagai tempat penampungan air, mana pula area stripping, dan lain-lain. Bagian engineering akan membuat desain yang kemudian diberikan kepada bagian produksi untuk dieksekusi. Dalam perjalanannya, akan selalu ditinjau kembali apakah produksi berjalan sesuai rencana atau tidak.

Tantangan dari sisi perencanaan adalah merancang desain tambang yang bisa dilakukan produksi dan dapat mencapai target produksi. Seperti di site Lati, untuk 2018 mendapat target memindahkan tanah penutup (overburden-OB) sebanyak 170 juta bcm dengan batubara yang dihasilkan mencapai 13,3 juta ton.

Tantangan yang lain adalah memastikan bahwa desain yang dirancang itu sudah mengakomodasi faktor keselamatan. “Engineering berperan cukup besar untuk menjadikan kondisi operasional menjadi lebih aman dari sisi desainnya,” papar Taufiksani. Demikian pula untuk sebuah alat, membutuhkan areal kerja yang standar, yang akan berpengaruh pada produktivitas dan keselamatan.

Untuk tambang terbuka seperti yang dikerjakan oleh BUMA, desain bukaan tambang harus dibuat dengan cermat agar cadangan batubara dapat ditambang secara optimal. Berdasarkan kajian geologi dan geoteknik, tambang didesain memilki bukaan dengan lereng yang mantap dan potensi longsor seminimal mungkin. Karena melibatkan alat-alat berat yang hilir mudik mengangkut tanah penutup dan batubara, harus dirancang agar lalu-lintasnya lancar.

Untuk jalan-jalan di pit tambang dirancang sesuai standar grade maksimal 8 persen. “Kalau di atas itu, berarti ada deviasi dan harus dikontrol,” imbuh superintendent Engineering BUMA di site Binungan-Suaran, Gusti Ngurah Untung Kurniawan.

Setiap potensi masalah perlu diidentifikasi sejak awal serta diawasi dan dikelola pada pelaksanaannya, untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kecelakaan. Kalau sampai terjadi, misalnya, truk menabrak tanggul atau rebah, akan diperiksa kondisi jalan. Lalu, penting juga diperiksa bagaimana grade-nya, apakah ada penyempitan jalan atau tidak. “Dari sisi perencana, kita harus benar benar memastikan semua standar itu dipenuhi,” papar Gusti.

Pengukuran progres pekerjaan tambang awalnya menggunakan Total Station. Namun, cara ini membutuhkan orang yang harus jalan per dua atau tiga meter untuk mengambil data. Sekarang, BUMA sudah menerapkan pendataan menggunakan drone dan scanner laser. Dengan teknologi ini, pengukuran bisa dilakukan dengan lebih cepat.

“Kalau tadinya mengukur satu lokasi memakan waktu dua hingga tiga hari, dengan drone dilakukan hanya dalam setengah hingga satu hari sehingga pengukuran lebih cepat,” terang Taufiksani.

drone juga dimanfaatkan untuk memberi gambaran situasi lapangan yang kemudian dijadikan basis untuk perencaan harian dan mingguan. Data foto drone yang dikumpulkan oleh bagian engineering juga dimanfaatkan untuk mengatur FMS. Dengan data yang dimiliki, dapat diatur pergerakan unit-unit serta pengangkutan yang efektif.

Bagian engineering sudah memuat plot area kerja dan berikutnya FMS akan memantau pergerakan unit-unit kerja. Pada platform Jigsaw yang digunakan dalam FMS, akan terlihat titik-titik yang menandai pergerakan unit. Akan tampak apabila ada hauler atau loader yang tidak sesuai rencana, termasuk jalan-jalan yang dimungkinkan untuk penurunan pit.

“Semuanya bisa diindikasikan oleh Jigsaw sehingga pada saatnya nanti bisa dilakukan perbaikan berdasarkan feedback dari Jigsaw tersebut,” ujar Gusti.

Siasat Mengendalikan “Cost”

Unit, peralatan, perlengkapan, atau peranti-peranti lain yang mendukung proses penambangan hanya akan berfungsi maksimal jika dirawat dengan baik. Maka menjadi lumrah jika maintenance menjadi salah satu tulang punggung yang menopang operasional tambang BUMA agar berjalan sesuai target.

“Kalau tadinya mengukur satu lokasi memakan waktu dua hingga tiga hari, dengan drone dilakukan hanya dalam setengah hingga satu hari sehingga pengukuran lebih cepat,” terang Taufiksani.

drone juga dimanfaatkan untuk memberi gambaran situasi lapangan yang kemudian dijadikan basis untuk perencaan harian dan mingguan. Data foto drone yang dikumpulkan oleh bagian engineering juga dimanfaatkan untuk mengatur FMS. Dengan data yang dimiliki, dapat diatur pergerakan unit-unit serta pengangkutan yang efektif.

Bagian engineering sudah memuat plot area kerja dan berikutnya FMS akan memantau pergerakan unit-unit kerja. Pada platform Jigsaw yang digunakan dalam FMS, akan terlihat titik-titik yang menandai pergerakan unit. Akan tampak apabila ada hauler atau loader yang tidak sesuai rencana, termasuk jalan-jalan yang dimungkinkan untuk penurunan pit.

“Semuanya bisa diindikasikan oleh Jigsaw sehingga pada saatnya nanti bisa dilakukan perbaikan berdasarkan feedback dari Jigsaw tersebut,” ujar Gusti.

Siasat Mengendalikan “Cost”

Unit, peralatan, perlengkapan, atau peranti-peranti lain yang mendukung proses penambangan hanya akan berfungsi maksimal jika dirawat dengan baik. Maka menjadi lumrah jika maintenance menjadi salah satu tulang punggung yang menopang operasional tambang BUMA agar berjalan sesuai target.

Bukan hanya memastikan peralatan yang dibutuhkan tersedia dengan baik dan siap bekerja untuk mencapai target produksi di tambang, pengelolaan maintenance yang baik juga mengoptimalkan penggunaan alat sehingga produktivitasnya jauh di atas rata-rata penggunaan yang dianjurkan oleh pabrikan alat tersebut.

Ibarat manusia, alat yang digunakan dalam operasional tambang juga dimakan usia. Semakin tua usia sebuah alat maka treatment yang dilakukan terhadap alat tersebut juga berbeda dibandingkan ketika usianya masih baru.

Seperti diutarakan Maintenance Manager BUMA di tambang Binungan-Suaran Muhammad Rafiq, untuk alat yang masih baru, inspeksi yang dilakukan biasa saja sesuai anjuran pabrikan. Namun, kalau usianya sudah semakin tua, perlakukan yang diterapkan lebih banyak, bisa jadi dua kali lipat dibandingkan unit yang masih baru.

“Tantangan kerja di plant itu, unit yang semakin tua harus lebih kuat lagi dalam memilih alat supaya tetap perform, tetap bagus dipakai dalam operasional,” ujarnya.

Terkait hal itu, tantangan dari sisi safety juga tidak main-main. Bertanggung jawab atas mengoperasikan alat berat tentu sangat berisiko, karena ada potensi terjepit, terluka, terpotong, atau terjatuh. Belum lagi, kegagalan dalam maintenance akan berdampak pada operasional dan pencapaian produksi.

Sebagai gambaran pentingnya maintenance, di site Binungan-Suaran, Rafiq membawahkan logistik dan plant. Logistik berurusan dengan pergudangan (warehousing), sedangkan plant menyangkut pengelolaan alat-alat berat yang beroperasi untuk mendukung pencapaian produksi.

Termasuk dalam tugas plant adalah servis, baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan, perbaikan alat-alat, hingga pergantian komponen. Untuk plant ada sekitar 750 karyawan dengan 6 orang superintendent, sedangkan logistik didukung oleh sekitar 100 karyawan dengan 2 orang superintendent.

Untuk mendukung fungsi plant, di Binungan—dan di site-site lainnya—tersedia fasilitas workshop, termasuk workshop khusus double trailer. Ada juga workshop untuk truk biasa dan truk besar (HD), serta ban (tire) dan fabrikasi. Selain itu, ada pula workshop untuk grader, dozer, serta perbaikan untuk truk tangki pengangkut bahan bakar dan pelumas. Di Suaran, sekitar setengah jam dari Binungan, ada pula workshop besar untuk mendukung double trailer yang beroperasi di seputar Suaran.

Di lapangan juga terdapat area kerja yang masih di bawah kendali bagian maintenance. Hanya saja, bukan berupa workshop melainkan kontainer-kontainer yang bekerja di tempat terbuka. Untuk pekerjaan-pekerjaan minor yang dapat dikerjakan dengan cepat bisa dilakukan di tempat ini. Menurut Rafiq yang pernah berkarya di sejumlah perusahaan tambang sebelum masuk ke BUMA lima tahun silam, fasilitas yang tersedia di BUMA, khususnya Binungan-Suaran, termasuk cukup baik untuk mendukung operasional.

Kinerja bagian maintenance mengacu pada KPI berupa ketersediaan alat. Patokannya adalah ketahanan unit yang tersedia untuk produksi, diukur berdasarkan MTBS. “Sejak dia rusak sampai dia rusak lagi, target kami 60 jam. Tapi kami masih bermain di angka 70 jam hingga 80 jam, lebih tinggi dari target yang ditetapkan,” papar Rafiq.

Sempat merasakan turbulensi harga batubara, BUMA harus memutar otak agar neraca perusahaan tetap bisa positif. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah mengendalikan biaya maintenance, dengan cara memperpanjang usia komponen. Misalnya, komponen yang mestinya berusia 10 ribu jam diperpanjang hingga 20 ribu jam. Bingungan termasuk salah satu site yang cukup sukses dalam merealisasikan terobosan ini, terutama saat harga batubara menukik turun pada 2016 lalu.

“Siasat” mengendalikan biaya perawatan itu diakui efektivitasnya oleh Direktur Keuangan BUMA, Una Lindasari. Menurutnya, komponen biaya yang paling besar dari operasional BUMA terkait dengan perbaikan dan perawatan. Alokasi biaya ini bahkan pernah mencapai 40-an persen.

“Jadi, kita mengimplementasikan suatu metode atau sistem yang sedikit berbeda, namanya condition based monitoring atau kita hanya akan mengganti suku cadang atau kompenen suatu unit jika komponen itu memang sudah harus diganti. Ibaratnya, kita punya mobil yang harus ganti oli setiap 5.000 kilometer. Nah, saat mencapai 5.000 kita lihat dulu komponen ini masih bisa dipakai lagi atau tidak. Kalau masih bisa akan kita teruskan dulu. Dan itu berhasil kita naikkan. Kita stretch umur komponen dan sparepart itu sampai di level 130-180 persen dari umur seharusnya. Berarti, kan, sudah pasti cost kita turun,” jelas Una.

Namun, sebut Una, yang harus digaris bawahi di sini, siasat untuk menerapkan efisiensi suku cadang atau komponen di sini tidak melanggar mutu atau keselamatan kerja. Kualitasnya tetap sama karena para mekanik di BUMA harus memastikan dulu kondisi komponen yang akan diperpanjang masa pakainya itu.

Rafiq melanjutkan, di Binungan-Suaran terdapat 108 unit HD785. Sekitar 35 unit di antaranya utilisasi mesinnya sudah di atas 180 persen. Jadi, kalau target pemakaian mesinnya 2.000 jam, saat ini berarti pemakaiannya sudah lebih dari 3.000 jam. Ia mengakui, hal tersebut tidak umum dilakukan di perusahaan lain, tetapi pengalaman BUMA menunjukkan bahwa terobosan ini merupakan pencapaian operasional dunia tambang, karena bisa memperpanjang usia alat hingga dua kali lipat. Hal ini berkontribusi penghematan yang luar biasa pada biaya operasional perusahaan.

Dari sisi produktivitas dan safety, Rafiq memastikan bahwa terobosan itu tidak berpengaruh. “Operasional kita tidak terganggung karena kita tidak sekadar meng-extend tanpa melakukan apa-apa,” ujarnya.

Seiring dengan dilakukannya terobosan tersebut, pihaknya juga melakukan pemantauan yang lebih mendalam. Data-data mesin dianalisis dengan cermat dan dilakukan perubahan treatment sesuai kondisi alat. Misalnya saja interval penggantian oli dipersingkat dan setelah diganti lalu terus dipantau. Jika terjadi gejala-gejala tertentu, dicoba untuk dilakukan treatment misalnya dengan mengganti filter, lalu dioperasikan kembali.

“Secara operasional sejauh ini tidak ada gangguan dan tidak ada efek extend komponen itu terhadap safety,” ujar Rafiq. Kalaupun ada kegagalan, dari total 100 persen masih di bawah 5 persen, yaitu masih dalam batas yang dapat diterima.

Untuk pemantauan kondisi mesin, BUMA menggunakan aplikasi EHMS yang dapat memperlihatkan kondisi terkini mesin. Petugas maintenance dapat memantau secara unit-unit yang digunakan, utilisasinya sudah mencapai berapa persen dan kondisi terakhirnya seperti apa. Program online ini berjalan secara real time, di mana para petugas terkait dibekali gawai sehingga dapat terus-menerus memantau kondisi terkini. Apabila ada kondisi critical yang harus ditindaklanjuti, mereka juga dapat segera berkomunikasi menggunakan fasilitas chat pada aplikasi.

Selain EHMS, aplikasi teknologi lain yang digunakan di bagian maintenance adalah BBM7XP yang digunakan untuk mengelola pekerjaan dari atasan ke bawahan. Di dalamnya terdapat jadwal servis, monitoring KPI, dan PICA (program identification corrective action). Dengan demikian, semua aktivitas di bagian maintenance bisa diawasi menggunakan gawai.

Penerapan teknologi di bidang maintenance itu menurut Rafiq sangat membantu dan secara signifikan meningkatkan kinerja bagiannya. Di masa lalu, untuk mengetahui kondisi komponen sebuah unit, dari tambang harus datang ke workshop lalu membuka data.

Dengan pemanfaatan aplikasi online yang dapat diakses secara wireless menggunakan gawai, semua data dapat diakses di mana saja setiap waktu. Dan, semua pihak terkait memiliki data yang sama sehingga analisis dan keputusan apa pun bisa dilakukan dengan cepat dan tepat.

BUMA selalu berupaya menjadi yang terdepan dalam penggunaan teknologi di dunia pertambangan. Perkembangan teknologi kadang tidak terjadi secara bertahap, namun terjadi lompatan-lompatan besar dalam kemajuan teknologi. Karena itu, BUMA terus menantang diri sendiri untuk mempelajari teknologi-teknologi baru guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi.


ke atas