Dua puluh tahun silam, BUMA didirikan oleh founding father dan karyawan-karyawan generasi awal. Mereka memiliki impian akan kehidupan yang lebih baik. Impian itulah yang menggerakkan mereka untuk bekerja, meski berada jauh di pedalaman dengan medan yang berat. Walaupun fasilitas terbatas, toh mereka tidak mengeluh, melainkan secara konsisten terus bekerja penuh semangat dengan keyakinan, kerja kerasnya tidak akan sia-sia.
Hari demi hari, kehidupan keras di situs tambang mereka lewati. Pahit-manis bekerja di tambang mereka nikmati, sambil saling dukung dan bahu membahu menyelesaikan pekerjaan. Mereka juga tak sekadar pasrah menerima nasib, tetapi terus memacu diri untuk berkembang dan meraih prestasi. Teknologi dan cara kerja baru pun senantiasa dipelajari, sehingga hasil kerja menjadi lebih baik. Kehidupan dan penghidupan pun menemui harapan baru.
Terbukti, BUMA terus berkembang dari pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusianya, yang kemudian berpengaruh pada keunggulan operasi dan produktivitas produksi, sehingga akhirnya juga terlihat dari performa bisnis dan keuangan serta kredibilitas di mata pelanggan, mitra kerja, dan masyarakat sekitar.
BUMA di mata para karyawannya lebih dari sekadar tempat bekerja. Apalagi bagi para karyawan di site, lokasi tambang yang terpencil, jauh dari mana-mana. BUMA adalah hidup dan masa depan mereka, bahkan tempat bagi anak-cucu kelak. Berikut adalah ungkapan hati para karyawan BUMA tentang perusahaan yang mereka cintai.
"Harapan saya BUMA semakin sukses. Teman-teman di BUMA ini, mari kita jaga BUMA supaya sampai ke anak cucu bisa kerja di BUMA. Semua keluarga karyawan anaknya harus kerja di BUMA, jangan kerja di tempat lain," demikian diutarakan Gildus Teme, karyawan dengan NIK 001.
Sangat bisa dimaklumi, dengan latar belakang sebagai transmigran tanpa bekal pendidikan yang memadai, bekerja BUMA itu merupakan anugerah bagi Teme. "BUMA itu yang besarkan saya," ujarnya. Oleh karena itu, ia sangat berharap BUMA dapat terus bertahan hingga generasi-generasi mendatang.
Dengan latar belakang kehidupan yang sulit, kehadiran BUMA menjadi jembatan menuju hidup yang lebih baik, lebih sejahtera bagi orang-orang seperti Teme. Ia merasakan betul bagaimana susahnya masa-masa awal BUMA, sehingga ia juga yang merasakan dan mensyukuri kondisi BUMA saat ini, yang sudah jauh meningkat.
Pendapat senada juga diutarakan Yono, kepala kantor perwakilan BUMA di Berau, yang tak kalah seniornya dari Teme. "Harapannya, perusahaan ya semakin baguslah ini. Kalau produksi makin besar perusahaan juga akan ingat sama kita, tentunya kan gitu harapannya kita," ujar Yono.
Sebagai karyawan generasi awal, Yono sudah melihat bukti bahwa perusahaan sangat memperhatikan kesejahteraan karyawan. Berkembangnya perusahaan juga berdampak positif bagi karyawan, terutama dalam hal kesejahteraan. Yono sangat berharap BUMA terus semakin berkembang. Apalagi, Yono menambahkan, di seputar Berau dan Kalimantan, tidak banyak perusahaan sebesar BUMA. Itu sebabnya, BUMA menjadi perusahaan pilihan, banyak orang mengidam-idamkan dapat bekerja di BUMA. Dan kalau sudah diterima di BUMA, orang akan berpikir panjang untuk keluar atau pindah kerja ke tempat lain.
Kelanggengan perusahaan juga menjadi harapan Berry E Momongan, karyawan bagian plant BUMA site Binungan-Suaran. "Ya harapannya harus tetap eksis ya. Walaupun berganti ganti pemilik, BUMA tetap jaya," ujar Berry.
Hal senada juga diutarakan Agustina Narde, foreman bagian maintenance BUMA site Lati. Ia berharap BUMA terus ada dan terus maju. "Kami sebagai karyawan yang ada di dalamnya siap untuk terus mendukung. Tidak berhenti hanya melakukan apa yang sudah baik saat ini saja, tetapi juga apa yang masih bisa untuk terus ditingkatkan," ujar Agustina.
Agustina sangat memahami, jika perusahaan maju dengan sendirinya akan berdampak pada kesejahteraan karyawan dan keluarganya. Apalagi, Agustina dan suami sama-sama bekerja di BUMA. Jadi, apa yang terjadi dengan perusahaan akan sangat memengaruhi keluarganya. Dengan kondisi perusahaan yang jauh membaik selama 16 tahun ia berkarya di BUMA, ia merasakan betapa perusahaan sangat memperhatikan kesejahteraan karyawan. Contohnya, kalau ada yang sakit, biaya pengobatan untuk seluruh anggota keluarga ditanggung perusahaan. Hal itu dirasakannya sangat membantu menyejahterakan keluarga.
Betapa BUMA sudah membantu kesejahteraan keluarga juga sangat dirasakan oleh I Gusti Agung PP, superintendent SHE BUMA site Binungan-Suaran. "BUMA sudah begitu sangat baik bagi saya. 18 tahun saya berkarya dengan BUMA dan 18 tahun BUMA sudah membantu kesejahteraan keluarga saya," ujar Gusti.
Ke depan, ia berharap BUMA dapat lebih baik lagi, terus melakukan pengembangan (improvement) sejalan dengan perkembangan zaman. "Semangat improvement harus ada mulai dari atas sampai ke bawah. Karyawan harus lebih bersemangat melakukan perbaikan berkelanjutan," imbuh Gusti. Dengan demikian, tambahnya, BUMA bisa semakin jaya, karyawannya semakin solid. Kepedulian, baik dalam lingkungan perusahaan maupun hubungan sosial-kemasyarakatan harus bisa lebih baik. "Karena, bagaimanapun, tanpa ada hubungan erat di luar kita tetap saja akan menjadi kecil. Walaupun besar di dalam tapi kecil di luar," pungkasnya.
Mencapai usia 20 tahun sudah merupakan pencapaian tersendiri bagi BUMA. Menurut I Gusti Ngurah AK, superintendent engineering BUMA site Binungan-Suaran, pada usia ini, perusahaan sudah mulai matang. "Kalau dulu kan ibaratnya masih ABG (anak baru gede, ed), masih labil. Kalau sekarang kan sudah mulai dewasa. Harapannya, BUMA akan menjadi semakin kokoh dan bisa semakin bersaing dengan kompetitornya. Bisa menjadi semakin besar dan semakin kuat untuk industri tambang di Indonesia," ujar Gusti.
Gusti menambahkan, dengan perusahaan semakin kuat, terbuka peluang untuk mengembangkan diri ke bidang-bidang lain. Misalnya saja, ujarnya, rencana yang sempat mengemuka tentang BUMA yang ingin mengembangkan sayap untuk menggarap proyek-proyek sipil. "Kita berharap BUMA terus berkembang sehingga karyawan pun merasa senang BUMA semakin kuat. Kami yang bekerja di BUMA ini pun semakin terjamin," paparnya.
Gusti menyoroti betapa saat harga batubara turun, dirinya sempat khawatir dan bertanya-tanya tentang keberlangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu, ia sangat bersyukur dengan pencapaian BUMA saat ini.
"Kita punya keberlangsungan yang baik, kita punya kepastian kerja dan kita bisa bekerja lebih optimal dan lebih baik," bebernya. Dengan demikian, perusahaan dapat memberikan kesejahterasan pada karyawan. "Cukup baik saat ini, kita mensyukuri apa yang sudah diberikan perusahaan ke kita karena sudah cukup layaklah dibandingkan dengan kompetitor yang sama. Ada plus minusnya tapi secara overall masih lebih baik menurut saya pribadi," pungkas Gusti.
BUMA dapat lebih menyejahterakan karyawannya apabila bisnisnya berkembang. Untuk itu, BUMA harus memiliki layanan yang unggul dan kompetitif. Tidak cukup hanya menjadi lebih baik, BUMA harus menjadi yang terbaik alias nomor satu. Simak antara lain pendapat Huda, mekanik di BUMA site Binungan-Suaran yang berasal dari Yogyakarta.
Menurut Huda, kehadiran BUMA amat berarti, karena telah membantu menghidupkan banyak keluarga. Ia berharap agar BUMA dapat terus melebarkan sayapnya dan semakin maju menjadi yang terbaik. “Mari kita tanamkan semangat untuk terus berprestasi. Kemajuan BUMA adalah kesejahteraan kita semua,” ujar Huda.
Karyawan yang pernah mendapatkan penghargaan atas prestasinya ini juga mengajak rekan-rekannya agar kesempatan yang diberikan BUMA kepada karyawan untuk terus berkembang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin demi kemajuan bersama. Mekanik yang bergabung di BUMA sejak 2011 ini menciptakan sebuah sistem keselamatan bagi operator dumptruck yang dikenal sebagai interlock seatbelt. Dengan kontrol unit elektronik ini, pengemudi tidak dapat menghidupkan mesin truk apabila sabuk keselamatan tidak terpasang dengan benar. Begitu pula saat mesin jalan tetapi seatbelt dilepas, mesin tidak bisa berpindah gigi atau berakselerasi. Melalui semangat berprestasi dengan melakukan terobosan yang dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan semacam inilah BUMA terus berakselerasi menjadi yang terbaik.
Pendapat senada diungkapkan Budi, mekanik dari BUMA site Lati yang terpilih sebagai Best Mechanic 2018. Selama satu dekade bergabung di BUMA, ia melihat sendiri perkembangan perusahaan yang membuatnya merasa BUMA merupakan "rumah yang nyaman". Bukan hanya buat dirinya, tetapi juga keluarganya. Hal itulah yang mendorongnya untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik sehingga perusahaan pun menjadi lebih baik lagi.
Demikian pula halnya dengan Mujadi, yang pada saat itu menjabat sebagai Superintendent Plant BUMA site Binungan-Suaran dan menangani big diggers. Dalam pandangan Mujadi, pencapaian BUMA saat ini trennya sudah luar biasa. "Kami insan BUMA berharap dan optimistis, BUMA akan menjadi kontraktor nomor satu di Indonesia," ujar Mujadi. Ia meyakini, dengan perkembangan BUMA sekarang, tak akan lama lagi pesaing akan tergeser dan BUMA akan menjadi nomor satu di Indonesia, baik dari segi volume, teknologi, maupun kualitas sumber daya manusianya. Dan, saat hal itu terjadi, BUMA akan menjadi kebanggaan seluruh pemangku kepentingan.
Harapan untuk menjadi yang terbaik juga diutarakan Priyanto, Manajer Maintenance BUMA site Lati. Bagi dia, BUMA harus lebih berkembang lagi. "Kalau saya pribadi menginginkan, BUMA harus menjadi main contractor nomor satu. Dewasa ini, secara nasional masih di bawah PAMA, tapi harapannya BUMA yang nomor satu," ujarnya.
Terkait hal itu, menurut Priyanto, yang perlu lebih dikembangkan lagi adalah orang-orangnya, para insan BUMA. "Kalau orang-orangnya BUMA itu sesuai dengan harapan, volume (produksi batubara) bisa menyaingi PAMA," ujar Priyanto. Ia meyakini, dengan kualitas orang seperti saat ini, volume produksi bisa menyaingi PAMA. Prestasi itu menurut Priyanto merupakan keunggulan BUMA saat ini yang termasuk luar biasa.
Edi Saputra, Superintendent Produksi BUMA site Binungan-Suaran melihat, semua karyawan merasa bangga menjadi bagian dari pertumbuhan BUMA.
“Melihat growth, perusahaan yang dulunya bersifat keluarga dan saat ini menjadi go public, saya melihat fase-fase perkembangan begitu kentara. Karyawan bekerja diukur secara profesional, dan apa yang mereka dapat adalah hasil dari kinerja dan prestasi,” ujarnya.
Ke depan, Edi berharap, nantinya akan ada generasi-generasi baru yang menempati posisi penting di BUMA. "Namun, itu semua harus dilandaskan atas dasar semangat untuk berkembang dan ditunjukkan dengan kinerja yang dihasilkan," paparnya.
Keinginan untuk berkembang itu acap disuarakan saat berbincang dengan para karyawan BUMA. Dorongan untuk menjadi lebih maju tertanam pada pribadi para manusia BUMA. Contohnya saja Dina Mardiana, kasir di bagian keuangan BUMA Binungan-Suaran yang juga punya bakat stand up comedy. Di usia BUMA yang ke-20 tahun, Dina berharap agar kariernya semakin meningkat dan berkualitas. Untuk itu, ia berharap agar BUMA senantiasa menggelar pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kualitas diri seseorang. Peningkatan kesejahteraan karyawan juga harus terus diperhatikan.
Dengan kualitas dan kesejahteraan karyawan yang meningkat, Dina yakin, BUMA akan semakin maju dan terus maju. “Semoga BUMA semakin berkembang dan maju, sehingga generasi mendatang bisa merasakan kesejahteraan yang diberikan BUMA,” ujarnya
Tak jauh berbeda dengan Dina, Mufti Hidayat, operator ekskavator di BUMA site Lati juga berharap kariernya dapat meningkat. Dengan masa kerja baru lima tahun, ia cukup tahu diri harus bersabar untuk dapat menapaki karier. Ia berusaha mencari peluang dengan aktif mengikuti berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan antara lain menjadi change agent. Dengan demikian, ia mendapat kesempatan mengikuti pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan diri. Tanpa terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut, peluang untuk diikutsertakan dalam pelatihan-pelatihan tersebut terbilang langka karena biasanya diperuntukkan bagi karyawan yang menapaki jenjang struktural.
Ke depan, Mufti berharap BUMA bisa lebih berkembang lagi. "Melihat perkembangan BUMA sekarang jauh lebih baik ketimbang yang dulu. Harapannya, dapat berkembang terus," ujarnya. "Apalagi, dengar-dengar BUMA mau go international, menggarap proyek-proyek di luar negeri. Ya, siapa tahu kita bisa dimutasi ke sana, kalau punya site di luar negeri," cetus Mufti sembari tertawa.
Pada akhirnya, keinginan untuk maju dan berkembang juga terpulang kembali pada masing-masing individu BUMA. Perusahaan hanya membuka peluang. Seperti diutarakan Untung Junaedi, Manager Support Plant wilayah selatan BUMA. "BUMA adalah salah satu tempat kerja di dunia pertambangan yang menyenangkan. Kita bisa berimprovisasi selalu. Kita dibawa untuk selalu berkembang. Kita selalu diajak berkarya. Kita selalu diajak menembus batasan kita," tuturnya
Atmosfer perusahaan juga sangat mendukung karena suasana kekeluargaannya. "BUMA ini tempat kerja yang kekeluargaannya bagus, sangat baik. Orang-orangnya ramah, walaupun kita tahu tambang ini cenderung kasar," ungkap Untung. Dalam kondisi demikian, Untung mengingatkan agar setiap karyawan BUMA dapat menjaga militansi, jangan sampai terlena di zona nyaman. "Kalau muncul zona nyaman, harus menantang diri kembali untuk keluar dari zona nyaman," tambahnya. Dengan demikian, karyawan terus terpacu untuk mengembangkan diri.
Lebih jauh, Didik Suharsono, Project Manager BUMA site Binungan-Suaran menambahkan, "Saya lihat, arah organisasi ini sudah benar. Karena saya merasakannya dari waktu ke waktu, baik dari sisi menilai karyawan maupun menghargai karyawan," ungkapnya. Ia berharap, perusahaan tidak jemu-jemu melakukan pengembangan organisasi. Terkait hal itu, Didik melihat pentingnya penelitian dan pengembangan, sesuatu yang masih belum banyak terlihat di BUMA. Hal tersebut menurut dia penting jika perusahaan ingin terus maju.
"Perusahaan yang bertahan adalah perusahaan yang bisa menyesuaikan dengan zamannya. Karena apa yang baik sekarang belum tentu baik untuk tahun depan," ujar Didik. Untuk mengetahui hal ini, jelas Didik, harus dilakukan riset. Banyak perusahaan yang dulunya besar kini tak lagi terdengar karena gagal dalam hal ini.
Lilik Hermawan mencoba mengingat-ingat kembali apa yang ia lakukan pada 1994 silam, saat pertama kali bergabung dengan perusahaan yang sekarang bernama BUMA. Saat itu, perusahaan ini masih bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. Lilik sama sekali belum membayangkan akan mengenal dunia pertambangan lebih dalam.
Pada era ’90-an itu, perusahaan menggarap kelapa sawit milik Astra di Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Bahkan nama perusahaannya pun ada beberapa, semisal Mentari Bukit Makmur, Andalas, dan Semeru Jaya Abadi. Sebagai kontraktor di perkebunan sawit, perusahaan ini juga membangun jalan, mendirikan mes karyawan, menanam, dan merawat sawit kurang lebih 11 bulan.
Lilik bilang saat itu usianya masih 27 tahun. Karena basis pendidikannya adalah akuntansi, Lilik berkantor di Jakarta, tidak di lapangan. “Waktu itu hanya ada saya dan bos saja. Kantornya masih di rumahnya Pak Johan Lensa di Muara Karang yang kalau hujan jalanannya kebanjiran,” ujarnya.
Meski seorang akuntan, kerjaan Lilik saat itu macam-macam. Contohnya, memesan suku cadang unit untuk perkebunan sawit.
Ia juga mengisahkan kembali pertemuannya dengan Johan Lensa. “Sebelum ikut Pak Johan, saya bekerja untuk temannya Pak Johan, namanya Pak Tantro. Saya mengajukan resign untuk pindah ke perusahaan kertas yang kantornya di daerah Jembatan Dua. Tapi Pak Tantro keberatan, karena yang paham sistem akunting di perusahaannya hanya saya. Pak Tantro minta saya pindahnya jangan jauh-jauh supaya kalau ada masalah dengan sistem akuntingnya, saya masih bisa bantu.”
Tantro lalu mengarahkan Lilik untuk bekerja untuk Johan, karena waktu itu Johan sudah punya beberapa perusahaan. “Untuk gaji saya diminta tidak khawatir, pasti dikasih Pak Johan lebih banyak. Saya pun ketemu Pak Johan di rumah makan di Pecenongan, dan besoknya langsung disuruh masuk kerja,” kenang Lilik.
Di perusahaan milik Johan, awalnya Lilik mengira akan bekerja sebagai akuntan. Namun, nyatanya ia juga mesti mengerjakan banyak hal. Misalnya, pergi ke pelabuhan untuk mengecek pengiriman suku cadang unit. Pada 1995, karyawan di perusahaan Johan terus bertambah dan karena rumah sudah tak memadai untuk bekerja, kantor pun berpindah ke sebuah ruko.
Pada 1998, badai krisis moneter melanda tanah air. Krisis ini turut memukul bisnis kelapa sawit. Harga sembako yang mahal tidak bisa diimbangi hasil produksi sawit. Sementara sembako dibutuhkan untuk memenuhi keperluan pekerja sawit yang jumlahnya banyak. Bisnis kontraktor kelapa sawit pun dihentikan Johan dan kemudian mulai beralih ke penambangan batubara.
“Sejak saat itu, saya mulai mengenal kapal tongkang untuk mengirim suku cadang unit batubara. Terutama suku cadang untuk traktor, eskavator, dan dozer. Kapal ini berlayar ke Berau, Kalimantan, karena site kita pertama di sana. Awalnya, kita menjadi subkontraktornya PAMA sebelum berdiri sendiri. Pada sekitar tahun 2000, kita berdiri sendiri. Banyak proyek PAMA yang diserahkan ke kita,” ungkap Lilik.
Untuk perusahaan, Lilik tentu berharap BUMA akan semakin gemilang sehingga rekan-rekannya yang masih muda dapat terus bekerja di sini dan merasakan kesejahteraan yang semakin baik. Ia mengaku, kalau ada temannya yang mengundurkan diri, ia sering ikut bersedih.
“Apalagi, jika karena PHK seperti dulu. Kita pernah PHK besar-besaran akibat site-site ditutup oleh pemiliknya. Saya ikut menangis, sebab ada teman-teman yang masih ingin kerja di sini tapi harus kena PHK,” ucapnya.
Cukup banyak karyawan BUMA yang menggantungkan masa depan mereka pada perusahaan ini. Mereka berharap perusahaan ini akan terus tegak berdiri, berkembang menjadi kontraktor tambang terbesar di Indonesia.
Salah satu yang menyebut hal itu adalah Dedy Wibowo, Business Excelence Officer BUMA di jobsite SDJ. “Saya berharap BUMA bisa memberikan benefit bagi bangsa dan negara. Selain itu, BUMA dapat menjadi pilihan utama bagi para pelamar pekerjaan, yang memberikan benefit dan gaji yang sangat bersaing dengan kompetitor, jaminan kesehatan terbaik, dan masa depan cerah.”
Tidak sedikit karyawan BUMA yang saat ditemui mengungkapkan keinginan dan harapan terkait terkait peningkatan kesejahteraan, baik berupa perbaikan dan penambahan fasilitas serta kemudahan-kemudahan lain. Ada yang mengungkapkannya secara lugas dan terbuka, ada pula yang malu-malu atau secara tersirat.
Seperti Dedy dan sejumlah karyawan BUMA di antaranya Supervisor Diggers BUMA di Adaro Jainuddin, Mechanic Dozer & Grader BUMA di Adaro Ryan Alfianoor; dan Mechanic Diggers Shutdown BUMA di Adaro Muhroni. Mereka terbuka mengungkapkan harapan seputar penyediaan atau perbaikan fasilitas. Sedikit berbeda halnya denganSAP Analyst-Industrial & Employee Relation BUMA Galuh Citra Ramadhani yang enggan menyampaikan keinginannya. "Tidak, BUMA sudah baik sekali," elaknya ketika ditanyakan lebih jauh. Menurut Galuh, BUMA memberikan apresiasi yang cukup baik kepada karyawan antara lain dalam bentuk bonus. Bahkan, tambahnya, dalam keadaan yang kurang baik karena harga batu bara turun, BUMA masih memberikan apresiasi kepada karyawan.
Sikap serupa juga diperlihatkan Superintendent Logistik BUMA JB Sihotang. Karyawan yang telah bekerja selama 18 tahun ini merasa BUMA sudah memberikan sesuai dengan apa yang diberikan karyawan. Menurut JB Sihotang, perusahaan sudah memiliki standar dan standarnya sudah mengikuti perkembangan. Ia merasa sangat bersyukur karena meskipun mengalami gangguan kesehatan yang terbilang berat, BUMA masih memperhatikan dan menanggung biaya pengobatan. Bahkan, pada 2013, ketika tidak dapat masuk kerja dalam waktu cukup lama karena dalam masa pengobatan, dia tetap mendapatkan bonus karena kinerja perusahaan yang bagus. "Jadi, kalau perusahaan dapat nilai tambah, karyawan pun dapat juga," tuturnya. Hal itulah yang diapresiasi tinggi oleh JB Sihotang dari BUMA.
Pada umumnya, para karyawan BUMA memang setuju bahwa berbagai benefit dan tambahan fasilitas akan diperoleh sejalan dengan kemajuan perusahaan. Perusahaan semakin maju, kesejahteraan karyawan pun meningkat. Dan, sejauh ini BUMA sudah membuktikan bahwa perusahaan terus memperbaiki tingkat kesejahteraan karyawan serta penyediaan dan perbaikan berbagai fasilitas demi kemudahan dan kenyamanan kerja. Bahkan, pada masa-masa sulit, perusahaan juga tetap berani berinvestasi dengan memberikan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk pengembangan karyawan.
Selama 20 tahun kehadirannya, BUMA bermetamorfosis dari perusahaan keluarga yang dikelola dengan cara-cara tradisional hingga menjadi perusahaan modern yang menerapkan sistem dan aturan-aturan profesional. Di dalamnya, terdapat para manusia BUMA yang turut mengubah dan berubah sejalan dengan kiprah perusahaan. Ungkapan hati mereka menjelaskan bagaimana BUMA dibentuk dan bersiap untuk menyongsong masa depan yang lebih baik lagi, lebih gilang-gemilang.
Bertahun-tahun bekerja di situs tambang menghadirkan kesan yang tak terlupakan bagi banyak karyawan BUMA. Boleh jadi, awalnya mereka merasa bosan dan kesepian, tetapi setelah dilewati bertahun-tahun, tak pelak timbul rasa kangen dan sayang. Hal itu yang diungkapkan melalui puisi oleh salah seorang karyawan BUMA di site Lati berikut ini.
Kala itu mentari enggan bersinar
Ronanya tertutup awan seiring gerimis yang datang
Terasa teduh hati
Kuyakin pertanda alam yang memberi energi pagi
Sendiri ku dibatas rindu
Pagi itu datang merangkulku
Berandai-andai hingga tiada berkata
Diam hening sunyikan suasana
Kapan akan kudapat berkahnya?
Selalu kupanjatkan doa dan kulontarkan puja
Semoga indahnya bisa kupunya
Bangga hati akan cahaya janjinya
Lebih dari satu dasawarsa terbiasa bersamamu
Berbagi dalam suka dan duka
Ketika harus meninggalkanmu tak terasa sebatas itu
Jika ada waktu dan kesempatan
Izinkan aku mengenang suasana
Derasnya hujan, tebaran debu, ini akan kuingat
Hingga tercapai asa dan terkabulnya doa
Sungai Lati, 22 November 2005
JS Kurniawan