Dibutuhkan kolaborasi dan komunikasi yang baik antara owner dan kontraktor, hingga akhirnya BUMA mencapai usia 20 tahun dan berkembang menjadi salah satu kontraktor tambang terbesar di Indonesia. Para pemimpin BUMA dewasa ini percaya, untuk menjadi semakin kompetitif, bisnis tidak dapat dilakukan dengan cara biasa. Pengembangan harus senantiasa dilakukan, terutama dengan menerapkan teknologi terkini sehingga BUMA siap melakukan TEROBOSAN BARU.

scroll kebawah

Mitra Bisnis Tepercaya

Selama 20 tahun kiprahnya sebagai kontraktor tambang, BUMA mengalami pasang-surut industri, seiring dengan naik-turunnya harga komoditas batubara. Tidak ada yang lebih sahih untuk menceritakan sepak-terjang BUMA kecuali para mitra kerjanya. Jika hari ini BUMA bisa menjadi salah satu kontraktor tambang terbesar di Indonesia, hal itu membuktikan BUMA berhasil meraih kepercayaan para mitra bisnisnya.

scroll kebawah

Untuk membangun reputasi dan menjadi mitra bisnis tepercaya, tentu dibutuhkan kerja keras dan konsistensi untuk selalu menghadirkan layanan berkualitas sesuai harapan mitra bisnis. BUMA melakukan hal itu sejak hari pertama keberadaannya.

BUMA mulai masuk sebagai kontraktor tambang batubara sejak 1994, di bawah bendera PT Bukit Makmur Widya (BMW). Kala itu, PT Pamapersada Nusantara (PAMA) sebagai kontraktor utama PT Berau Coal di Lati, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur diminta untuk meningkatkan produksi. Namun, karena keterbatasan, PAMA lalu menggunakan jasa subkontraktor dari PT BMW. Belakangan, PAMA berhenti beroperasi di Lati dan digantikan sepenuhnya oleh BMW, yang kemudian berganti nama menjadi PT Mentari Bukit Makmur (MBM).

Tepercaya

Sejak 1998, perusahaan dipercaya menjadi kontraktor utama di Lati dengan nama PT Bukit Makmur Mandiri Utama atau BUMA. Boleh jadi, menilik perjalanannya, BUMA "diuntungkan" oleh situasi. Namun, tidak dapat dimungkiri, BUMA berhasil memberikan pelayanan sesuai dengan harapan owner sehingga akhirnya dipercaya.

Tahun 1998 memang tahun krisis. Banyak perusahaan terkena imbasnya. Tidak terkecuali PT Berau Coal Energy Tbk (Berau Coal). Seperti diutarakan Direktur PT Berau Coal Energy Tbk, Arief Wiedhartono, pihaknya kala itu memasok batubara ke PLN. Saat nilai tukar dollar AS ke rupiah melejit dari kisaran Rp 2.400 hingga tembus Rp 15.000, perusahaan pun mengalami kesulitan. "Dibayarnya rupiah, cost kita dollar," tutur Arief.

Arief Wiedhartono

Operational Director PT. Berau Coal Energy Tbk

Ketika PAMA berhenti beroperasi di Lati, BUMA menjadi pilihan. Saat itu, BUMA sudah membangun reputasinya di Kalimantan. Selain di Berau, perusahaan juga menangani sejumlah proyek tambang lain, di antaranya di Samarinda.

"Kita ingin bertumbuh bersama dengan mitra," ujar Arief. Dalam kondisi sulit kala itu, perusahaan bersinergi dengan kontraktor sebagai mitra sehingga dapat terus menjalankan operasional tambang dengan efisien. "Ketika lagi sulit, ya kita sama-sama sulit. Ketika harga (batubara) lagi bagus, kita juga share," papar Arief.

Untuk itu, dibutuhkan kolaborasi dan komunikasi yang baik antara owner dan kontraktor. Di lapangan dilakukan perbaikan sesuai dengan good mining practice. Penambangan yang benar menjadikan operasi lebih efisien. Maka, komunikasi pun dilakukan mulai dari tingkat operasi di lapangan, tingkat menengah, hingga antara kantor pusat.

Pengalaman tak jauh berbeda juga terjadi dengan PT Adaro Energy Tbk (Adaro). Pertambangan merupakan salah satu lini bisnis yang besar dari Adaro Group. Menurut Direktur PT Adaro Energy Tbk, Chia Ah Hoo, dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan berikhtiar untuk menjamin keamanan pasokan pada para pelanggannya.

Chia Ah Hoo

Presiden Direktur, PT Adaro Indonesia

Hingga 2001, Adaro masih menggunakan kontraktor tunggal, yaitu PAMA. Produksi Adaro kala itu masih sekitar 19 juta ton. Dengan semakin meningkatnya produksi, Adaro mulai berpikir untuk mencari kontraktor kedua. Saat itu, tidak banyak pilihan. Kebanyakan masih dikuasai oleh kontraktor-kontraktor asing.

Bisnis pertambangan kala itu juga dianggap tidak terlalu menarik sehingga tidak banyak yang melirik. Selain keahlian, dibutuhkan investasi yang amat besar untuk mengadakan alat-alat berat pertambangan. Meskipun mahal, BUMA termasuk salah satu yang berani berinvestasi alat-alat berat, karena pemiliknya memiliki visi jangka panjang terhadap industri ini.

Menurut Chia, hubungan antara pemilik tambang dengan kontraktor tambang dapat diibaratkan seperti suami-isteri. Hubungannya bersifat jangka panjang. BUMA dipilih antara lain karena lebih fleksibel untuk kontrak jangka panjang. "Pemiliknya di sini, manajemen di sini, jadi untuk kontinuitas lebih terjaga," tutur Chia.

Dari segi pengalaman dan keahlian, saat itu tidak banyak juga yang dapat dikatakan ahli dan berpengalaman. Sehingga, ketika Adaro memilih BUMA, kedua perusahaan sama-sama belajar. "Seperti married couple, sama sama belajar. Ada kebersamaan," ungkap Chia. Selama perjalanan hingga kini, menurut Chia, BUMA sudah jauh meningkat kompetensinya, baik dari sisi keamanan dan produktivitas hingga efisiensi.

"Dibandingkan dulu, sudah jauh lebih bagus," ujar Chia. Ia berbesar hati, Adaro tumbuh bersama-sama dengan BUMA.

Demikian pula dengan PT Kideco Jaya Agung (Kideco), Bayan Resources, dan PT Insani Bara Perkasa, menyebutkan faktor kemudahan komunikasi dan kerja sama menjadi alasan utama memilih BUMA.

Kim Ki Hyun

Chief Production Officer PT Kideco Jaya Agung

Secara pribadi, Chief Production Officer PT Kideco Jaya Agung, Kim Ki Hyun, menyukai BUMA karena orang-orangnya dinilai lebih bersahabat. "Ketika berurusan pertama kali, hatinya bisa tersambung," ungkap Kim. Komunikasi yang nyaman membuat Kim merasa lebih nyaman mendiskusikan berbagai masalah dengan orang-orang BUMA. Hal itu dengan sendirinya berpengaruh pada kelancaran operasional dan produksi tambang.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Insani Bara Perkasa (IBP) Pintarso Adijanto mengatakan, BUMA sangat responsif kalau ada permintaan dari pihaknya. "BUMA itu sangat akrab sehingga banyak hal bisa kita selesaikan dengan baik. Dan, hubungan kerja sama ini sangat penting, karena perjanjian kami dengan BUMA itu bukan jangka pendek," papar Pintarso.

Ia sangat mengapresiasi dapat saling membantu dan percaya dengan para pemimpin puncak BUMA. "Ini sangat penting untuk memajukan perusahaan masing-masing," ujarnya.

Demikian pula PT Bayan Resources Tbk, yang telah bekerja sama dengan BUMA sejak tahun 2007. Director and Chief Development Officer PT Bayan Resources Tbk Russell Neil mengatakan, hingga kini Bayan Resources telah memberikan BUMA kontrak sepanjang 22 tahun, yang terdiri dari 3 kontrak utama. Sebelumnya, dua anak perusahaan Bayan Resources yaitu PT Gunungbayan Pratamacoal (GBP) dan PT Perkasa Inakerta (PIK) bekerja sama dengan BUMA, sebelum kemudian kontraknya dihentikan.

Bulan Mei 2018 lalu, kedua perusahaan kembali menjalin kerja sama, kali ini melalui anak perusahaan Bayan Resources yang lain, yaitu PT Indonesia Pratama (IPR), untuk menggarap tambang di Tabang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Menurut Russell, BUMA dipilih karena merupakan salah satu kontraktor tambang kenamaan dan terbesar di Indonesia. BUMA memiliki pengalaman, kekuatan finansial, serta harga yang kompetitif. Namun, yang terpenting menurut Russell adalah hubungan personal yang bagus dengan orang-orang BUMA. Meski pemimpin BUMA telah berganti beberapa kali sejak pertama kali menjalin kerja sama, hubungan dan komunikasi antar kedua perusahaan tetap baik.

Director and Chief Financial Officer PT Bayan Resources Tbk, Alastair McLeod menambahkan, dibandingkan dengan kontraktor-kontraktor lain, BUMA lebih fleksibel dan dapat diajak berkomunikasi, mendiskusikan berbagai masalah yang terjadi. Ia mencontohkan, saat terjadi fluktuasi harga batubara yang memengaruhi keekonomian tambang PIK, pihaknya dapat mendiskusikan hal tersebut dengan BUMA untuk mencari solusi terbaik bagi kedua belah pihak, sehingga akhirnya sepakat untuk menghentikan kontrak.

Russell Neil – Dato Dr Low Tuck Kwong – Alstair McLeod

Director and Chief Development Officer

Director and Chief Financial Officer

Direktur Utama

PT Bayan Resources

Menurut Alastair bukanlah seperti hubungan dua pihak yang berseberangan. Tetapi, mereka dapat duduk bersama untuk berdiskusi, masing-masing menyampaikan sudut pandangnya, lalu menyepakati solusi terbaik. Meski hal itu juga menjadi praktik yang wajar dengan pihak-pihak lain, tetapi dengan BUMA menjadi berbeda karena adanya hubungan personal yang baik dari kedua belah pihak. Itu sebabnya, meskipun kerja sama sempat terhenti, tetapi ketika hendak mengembangkan tambang IPR, Bayan Resources kembali menjalin kerja sama dengan BUMA.

Prinsip win-win solution yang dipegang BUMA ternyata juga menarik perhatian Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Haris Izmee. Selama bekerja sama dengan BUMA, salah satu hal menarik yang ia amati, semua keputusan diambil dengan konsesus dari semua pihak yang berkepentingan dan kompeten dalam bidangnya masing-masing. "Hal ini menunjukkan bahwa di BUMA, pihak manajemen mengikutsertakan seluruh pihak dalam proses pengambilan keputusan,"ujar Haris.

Pengalaman serupa juga dirasakan Charles Antonny Melati, Executive Chairman Geo Energy Group, yang antara lain memiliki tambang di Sungai Danau Jaya (SDJ). Jika ada keluhan, ia menghubungi para manajemen puncak di kantor pusat. "Sesudah itu, kita tidak ketemu lagi. Mereka sudah berhubungan dengan para pimpinan di site," ujar Antonny.

Menurut Antonny, operasional tambang itu berlangsung selama 24 jam, sehingga tidak boleh terjadi penundaan keputusan.

Jika banyak mitra kerja merasakan bahwa kolaborasi dan komunikasi merupakan karakter khas BUMA yang merupakan keunggulan, hal itu sedikit banyak dipengaruhi sosok pendirinya, Johan Lensa. Tidak dapat dimungkiri, BUMA pada masa awal berdiri hingga berkembang sangat diwarnai kiprah sang pendiri. Manajemen masih dijalankan secara "kekeluargaan" dengan kendali terpusat pada satu orang dan banyak dilakukan secara manual.

Presiden Direktur PT Trakindo Utama, Bari Hamami, memiliki kenangan tersendiri berhubungan dengan BUMA. Sebagai distributor alat-alat berat dari Caterpillar, ia pernah menjual produk langsung kepada Johan Lensa dan ditawar habis-habisan. "Bisa dari jam 4 sore sampai jam 2 pagi di kantor kita hanya untuk nawar," ujar Bari.

Bari Hamami

Presiden Direktur PT Trakindo Utama

Sosok pendiri BUMA itu memang dikenal suka bercerita. Namun, bukan sekadar bercerita. Menurut Bari, Johan Lensa memiliki mimpi (dream) dan ia membangun bisnis sesuai dengan impiannya. Kegigihan Johan Lensa untuk menawar karena ia memiliki mimpi yang besar sehingga untuk mewujudkannya, ia harus memastikan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan itu berarti. Every penny you spend, counts.

Melalui pertemuan berjam-jam hingga dini hari itu, terjalin hubungan yang kuat antarindividu. Bari mengakui, hubungan bisnis yang terjalin diawali dari hubungan antarindividu. Kepercayaan (trust) menjadi faktor penting yang melandasi hubungan bisnis.

Hingga akhirnya BUMA mencapai usia 20 tahun dan berkembang menjadi salah satu kontraktor tambang terbesar di Indonesia, cara-cara lama sudah tidak dapat lagi dilakukan. Terutama setelah berganti kepemilikan, BUMA bertransformasi menjadi perusahaan modern yang pengelolaannya bertumpu pada sistem dan organisasi.

Hal itulah yang menurut Chia, menunjukkan betapa BUMA telah berpikir untuk jangka panjang. Dahulu, pendiri BUMA merupakan entrepreneur andal, yang memang dibutuhkan untuk memulai bisnis. Namun, jika ingin berkelanjutan, harus dilakukan penguatan dari sisi kelembagaan (institution building). Itulah yang dilakukan BUMA pada periode berikutnya.

Presiden Direktur United Tractors, Gidion Hasan mengatakan, sebagai mitra kerja yang sudah menjalin hubungan dengan BUMA dari awal, pihaknya menjadi saksi pasang-surut BUMA. Gidion mengapresiasi daya tahan BUMA yang berhasil melewati setidaknya empat kali masa krisis. "Dari 20 tahun hidupnya BUMA, barangkali setengahnya itu krisis," ujar Gidion.

Gidion Hasan

Presiden Direktur United Tractors

Jika BUMA masih tegak berdiri hingga hari ini, menurut Gidion, hal itu setidaknya menunjukkan dua hal. Pertama, BUMA secara organisasi mampu berkembang (growing) dan berkesinambungan (sustainable).

Kedua, BUMA berhasil menemukan cara untuk menjaga supaya life cycle cost alat-alat beratnya itu optimal. Dalam industri pertambangan, hal itu menjadi penting, yaitu memastikan alat berat beroperasi dengan physical availability tinggi dan efisiensi yang optimal.

Implementasi teknologi

Pada perkembangan kemudian, dengan sistem dan organisasi perusahaan yang ditata untuk menghadapi tantangan bisnis terkini, keterbukaan komunikasi yang diwariskan dari para perintis BUMA tetap dipertahankan. Hanya saja, dengan para pemimpin yang kini memiliki latar belakang profesional, keterbukaan itu mendapat sentuhan baru.

Seperti dituturkan Gidion, Presiden Direktur PT Bukit Makmur Mandiri Utama, Ronald Sutardja, memiliki passion terhadap teknologi. Menariknya, ungkap Gidion, pemimpin BUMA memberikan tantangan padanya terkait teknologi terbaru yang dimiliki. Bahkan, jika membutuhkan tempat uji coba, laboratorium di lapangan sesungguhnya, BUMA siap melakukannya.

Sikap dan komitmen ini terbilang langka. Pasalnya, penerapan teknologi bisa berhasil, tetapi bisa juga gagal. Belum lagi, biayanya tidak sedikit. Namun, para pemimpin BUMA dewasa ini percaya, untuk menjadi semakin kompetitif, bisnis tidak dapat dilakukan dengan cara biasa. Pengembangan harus senantiasa dilakukan, terutama dengan menerapkan teknologi terkini.

Hal itu sejalan dengan kebutuhan dan kebijakan dari para owner. Di Berau Coal, penerapan good mining practice antara lain juga dilakukan melalui perbaikan terus-menerus, utamanya dengan memanfaatkan bantuan teknologi.

Terkait perbaikan, Arief menceritakan, beberapa waktu silam terjadi sejumlah insiden transportasi. Indikasinya, sopir mengendarai unit melebihi kecepatan yang ditetapkan (overspeed). Semua unit lalu dipasang GPS dan diawasi.

Berdasarkan data, ditemukan bahwa sebagian besar unit dijalankan melebihi kecepatan. Meski kaget, bagi Arief lebih baik mengetahui pelanggaran-pelanggaran sebelum terjadi insiden. Dengan demikian, dapat dilakukan langkah-langkah antisipasi. Maka, dirancang kampanye agar sopir tidak melebihi batas kecepatan.

Dalam waktu singkat, jumlah pelanggaran batas kecepatan menurun drastis. Tinggal segelintir yang masih "membandel". Karena memiliki data, penanganan pun menjadi lebih obyektif. Data diberikan kepada para pengawas dan supervisor, lalu operator-operator terkait diberikan coaching.

Dengan perbaikan yang berkelanjutan, operasional tambang dapat berlangsung aman dan produktivitas meningkat sehingga perusahaan pun menjadi lebih kompetitif. "Kalau kontraktor bisa kerja dengan aman, dengan produktif, sehingga efisien, Berau Coal pun tertolong," ujar Arief.

Haris Izmee

Presiden Direktur Microsoft Indonesia

Komitmen terhadap penerapan teknologi juga menjadi salah satu alasan Bayan Resources kembali menjalin kerja sama dengan BUMA. Menurut Russell, di tambang IPR, Bayan Resources menginvestasikan teknologi baru dalam penambangan dan BUMA berkomitmen untuk menggunakan teknologi tersebut.

Senada dengan Arief dan Russell, menurut Chia, kekuatan BUMA terletak pada selalu melihat dari kacamata pelanggan. "Benar-benar mengerti, customer maunya apa, lalu coba mencari jalan untuk memenuhinya," ujar Chia.

Transformasi digital

Sejalan dengan keinginan untuk penerapan teknologi, pada awal 2017, BUMA memulai kolaborasi dengan salah satu "raksasa teknologi" Microsoft. Melalui kolaborasi ini, Microsoft menjadi mitra BUMA untuk transformasi digital dalam memberikan layanan berkelanjutan kepada BUMA sehubungan dengan mendefinisikan dan mengawasi implementasi Peta Jalan Transformasi Teknologi (TT).

Pemimpin BUMA memiliki visi mengubah perusahaan dari kontraktor penambangan batu bara tradisional menjadi penyedia layanan penambangan yang diaktifkan secara digital pada akhir 2019 dan untuk memberikan nilai bisnis yang lebih besar kepada pelanggan dan pemegang saham mereka. Menurut Haris, hal itu sejalan dengan misi Microsoft untuk memberdayakan setiap orang dan setiap organisasi di dunia untuk mencapai lebih.

Sejalan dengan Peta Jalan Transformasi Teknologi, saat ini ada beberapa keterlibatan yang terjalin antara Microsoft ke BUMA, termasuk kerjasama dalam mengembangkan proyek “Wave 3” (keterlibatan Transformasi Teknologi utama yang ketiga antara BUMA dan Microsoft). Proyek ini akan sangat fokus pada inisiatif digital produktivitas operator dan diharapkan memberikan manfaat dari peningkatan pendapatan dan pengurangan biaya produksi dalam lima tahun ke depan.

Menurut studi yang dilakukan Microsoft dan IDC (International Data Corporation) baru-baru ini tentang adopsi teknologi di Indonesia, ditemukan bahwa adopsi teknologi, terutama AI (Artificial Intellegence), berkontribusi terhadap beberapa hal. Di antaranya akselerasi inovasi dan produktivitas karyawan. "Tim kami yang bekerja sama dengan BUMA menilai penggunaan teknologi di BUMA saat ini menyadari hal tersebut sehingga sudah mengimplementasikan teknologi yang relevan bagi operasional perusahaan," ujar Haris.

Contoh penerapan teknologi tersebut, antara lain, penggunaan aplikasi Enterprise Resource Planning (ERP) yang semakin menyeluruh. Selanjutnya, penggunaan conference call untuk memudahkan pembicaraan bisnis dengan jarak yang berjauhan, hal ini menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam bisnis. Sementara itu, penggunaan solusi dari Microsoft untuk meningkatkan produktivitas karyawan BUMA saat bekerja di Head Office, Mining Sites secara individual maupun berkolaborasi secara real-time dan secure.

Contoh lain lagi adalah penggunaan aplikasi chat group untuk mempermudah jalur komunikasi dua arah antar Operator dan Supervisor di area Mining Sites sehingga kolaborasi semakin tercipta. "Akselerasi inovasi serta produktivitas karyawan dari penerapan teknologi ini, nantinya diharapkan akan mendorong daya saing BUMA di industrinya," ungkap Haris.

Profesional

Satu hal yang segera mengemuka dari para mitra saat ditanya tentang orang-orang BUMA yaitu pekerja keras. Mereka yang telah bekerja sama cukup lama dengan BUMA sangat memahami karakter ini karena itu diwariskan sejak generasi awal BUMA berdiri.

"Sampai hari ini, saya lihat BUMA itu masih kerja keras dan militan," ujar Arief yang telah bekerja sama dengan BUMA sejak awal berdirinya. Berikutnya, menurut Arief, jangan hanya kerja keras, tetapi juga harus ada "isi". Orang-orang BUMA di lapangan juga harus diisi dengan pengetahuan dasar pertambangan dan engineering. Dengan demikian, produktivitas hasil dan keamanan operasional dapat terus ditingkatkan.

Arief mencontohkan adanya kontraktor yang dari sisi engineering terbilang jago, tetapi pelaksanaannya kedodoran. "Kalau BUMA itu (pekerjaan) lapangannya oke. Memang pekerja keras, tapi saya kira kalau kita mau produktif, mau safe, tidak cukup dengan kerja keras, tetapi harus kerja smart juga," urainya

Terkait hal ini, seiring perkembangan perusahaan, karakter lain yang kini melekat pada BUMA di mata para mitranya adalah profesionalisme. Terutama setelah pergantian pemilik perusahaan, manajemen BUMA kini diisi oleh sosok-sosok yang profesional dan berpengalaman di bidangnya.

"Kami menilai BUMA itu profesionalismenya sangat tinggi," ujar Pintarso. Ia menyoroti perihal sistem dan manajemen yang telah berbasis teknologi informasi. Hal itu memungkinkan pelaporan produksi secara real time.

Pintarso Adijanto

Presiden Direktur PT Insani Bara Perkasa

Selain itu, di mata Pintarso, orang-orang BUMA memiliki disiplin yang sangat disiplin. Saat bersama dengan manajemen puncak BUMA di Samarinda untuk kunjungan ke site, pagi-pagi sekali sudah tiba di lokasi. Demikian pula terkait perawatan alat-alat berat, juga dilakukan dengan baik. "Ini sangat penting untuk kontinuitas produksi," ujar Pintarso. Ia membandingkan dengan kontraktor lain yang tidak melakukan perawatan alat dengan baik sehingga alat baru yang telah digunakan beberapa tahun sudah rusak total.

Profesionalisme tim BUMA juga merupakan hal yang langsung dirasakan oleh CEO Geo Energy Group Tung Kum Hon. Ia mengisahkan, ketika menandatangani kontrak kerja sama dengan BUMA pada 2014 untuk menggarap tambang SDJ, Geo Energy pemain baru dan terhitung masih kecil, sehingga tidak banyak yang tertarik untuk bekerja sama dengan tambang baru.

"Itu adalah awal yang luar biasa bagi Geo Energy," ujar Tung. Ia mengapresiasi komitmen orang-orang BUMA mulai dari tingkat paling bawah hingga paling atas. "BUMA sangat mendukung aspirasi kami. Walau kami masih kecil, tetapi mereka mau menginvestasikan peralatan dan orang-orang mereka," papar Tung.

Dimulai dari mengerjakan 4,5 juta bcm pada tahun pertama, tambang Geo Energy di SDJ mengalami peningkatkan luar biasa. Maka, ketika Geo Energy mendapatkan tambang baru Tanah Bumbu Resources (TBR) yang lokasinya berseberangan dengan SDJ, tidak ada keraguan lagi untuk menggunakan jasa BUMA sebagai kontraktor. "Mereka memiliki peralatan dan pengalaman yang dibutuhkan," ujar Tung.

Sebelum memiliki tambang sendiri, Geo Energy memulai kiprahnya sebagai kontraktor tambang. Oleh karena itu, menurut Tung, pihaknya sangat memahami kesulitan menjadi kontraktor.

Tung Kum Hon

CEO Geo Energy Group

Tung menjelaskan, tidak mudah untuk mengelola perusahaan dengan skala seperti BUMA, yang memiliki ribuan peralatan dan lebih dari 15 ribu karyawan. Dalam operasinya, BUMA memiliki sistem tracking yang canggih, memantau semua proses penambangan, mempergunakan CCTV dan implementasi teknologi lainnya.

"Saya pikir, banyak hal kita pelajari dari BUMA," ungkap Tung. Bukan hanya menyangkut operasional tambang, tetapi juga dalam pengembangan komunitas seperti yang dilakukan BUMA di Berau.

Hal menarik lain dari BUMA di mata mitranya adalah kontraktor tambang independen yang tidak terafiliasi perusahaan lain atau memiliki tambang sendiri. Itu yang membedakan BUMA dengan kontraktor-kontraktor lain yang besar. Dengan demikian, BUMA bisa sangat fokus pada jasa penambangan yang ia berikan.

Menurut Chia, dengan fokus pada jasa penambangan, BUMA bisa menjadi pemain yang unik, yang terbaik, dan kompeten di bidangnya.Pendapat serupa juga dilontarkan Antonny. Manajemen BUMA, menurutnya, bisa sangat fokus dan benar-benar profesional. "Dan karena fokus sekali di tambang, saya rasa akan lebih expert," ujar Antonny.

Charles Antonny Melati

Executive Chairman Geo Energy Group

Profesionalisme juga ditandai dari kemauan untuk selalu mempelajari hal-hal baru. Hal ini merupakan budaya perusahaan BUMA yang dikagumi oleh Haris, yaitu semangat dari karyawan untuk maju dan selalu belajar yang baik atau baru.

Ke depan, menurut Haris, implementasi teknologi lebih lanjut dapat dilakukan untuk mencapai akselerasi inovasi, serta marjin dan produktivitas yang lebih tinggi. Terkait hal itu, BUMA dapat menerapkan beberapa langkah strategis berupa implementasi teknologi yang bermanfaat dalam kehidupan operasional tambang serta cara kerja yang efisien, didukung oleh tools untuk kolaborasi yang aman, cepat, dan nyaman.

Menjadi mitra bisnis tepercaya bukanlah sesuatu yang dapat diperoleh begitu saja. Dibutuhkan komitmen dan kerja keras secara konsisten untuk selalu menghadirkan solusi dan memberikan yang terbaik kepada para pelanggan. Hal-hal itulah yang kemudian mengemuka dari para mitra bisnis. Membangun kepercayaan dimulai dari membuka pintu komunikasi dan menjalin hubungan personal. Lalu, seiring dengan perkembangan dan tantangan dalam industri tambang, BUMA juga melakukan implementasi teknologi dan transformasi digital.


ke atas