Pencapaian BUMA merupakan kebanggaan bagi para insan BUMA. Merekalah yang terutama layak mendapat kredit atas pencapaian BUMA. Itu karena mereka mereka mau bekerja keras, tidak takut susah, jujur dan dapat dipercaya, senantiasa mengejar prestasi, serta sayang satu sama lain. Mereka sudah bersama-sama sejak awal berdirinya perusahaan sehingga memiliki kedekatan dan rasa kekeluargaan. Walaupun pada periode 2012–2016 perusahaan menghadapi tantangan yang luar biasa, kenyataan menunjukkan BUMA bisa survive, bahkan mencapai posisi yang lebih luar biasa lagi.
Tentang tantangan yang dihadapi BUMA, Direktur HRGA & Plant, Indra Kanoena mengatakan, dia masuk pada saat industri batubara mengalami turbulensi. Hal itu berdampak pada site-site kecil yang menjadi tidak menguntungkan. Langkah-langkah perubahan pun harus diambil.
Manusia dan alat adalah aset inti BUMA. Tentang alat, dengan mudah bisa diparkir sementara. Namun, tidak demikian halnya dengan manusia BUMA. "Yang saya senang melihat di BUMA adalah orang-orangnya bukan orang-orang yang high demanding, melainkan orang-orang yang pekerja keras dan militan, walaupun memang perlu diperbaiki kompetensinya. Kompetensinya bisa dikatakan bukan yang the best in the market. Proses atau SOP-nya juga—kalau saya bilang—asal ditulis aja. SOP dan business process kita benerin dulu supaya organisasi lebih efisien, lebih streamlined gitu," papar Indra tentang kondisi BUMA kala itu.
Hari ini, BUMA sudah tumbuh lagi. Dari sisi jumlah karyawan, sudah kembali pada ukuran pada 2012. "Walaupun secara size sudah sama, tapi lebih kuat. Tidak sama dengan 12 ribu yang dulu. Sudah lebih berkembang, walaupun masih banyak orang-orang lama juga. Tapi sudah ditransformasi culture-nya," ungkap Indra bangga.
Dewasa ini, industri sedang mengalami pertumbuhan. BUMA pun ikut bertumbuh. Indra berharap, ke depan, fondasi organisasi menjadi lebih baik lagi dan produktivitas pun meningkat. "Kita harus bisa beroperasi lebih efisien, walau harga sedang bagus. Orang-orang kita harus lebih kompeten. Karena tantangan berikutnya bukan lagi tantangan manusia, tapi tantangan teknologi. Kita percaya, teknologi adalah game changer," bebernya. Menurut Indra, teknologi akan membawa perubahan signifikan pada organisasi perusahaan. Saat ini, teknologi diperkenalkan dengan membangun digital culture dalam perusahaan.
Dari sisi operasi perusahaan, safety masih menjadi faktor utama yang menjadi tolok ukur kesuksesan perusahaan, di samping tentunya pencapaian produktivitas. Sebagai kontraktor tambang, BUMA tentu ingin menjadi perusahaan yang dapat beroperasi dengan tingkat produktivitas tinggi, sembari tetap menjaga faktor safety, dengan harga yang kompetitif.
Setelah mendapat kontrak, bagian operasional akan berproduksi dan bertanggung jawab mencapai target yang ditetapkan. Terdapat banyak indikator yang menjadi ukuran sukses dari sisi operasional, yang tentunya dalam pelaksanaannya harus didukung oleh fungsi-fungsi lain, termasuk sumber daya manusia, plant, operation dan engineering, hingga keuangan.
Hari ini, BUMA sudah tumbuh lagi. Dari sisi jumlah karyawan, sudah kembali pada ukuran pada 2012. "Walaupun secara size sudah sama, tapi lebih kuat. Tidak sama dengan 12 ribu yang dulu. Sudah lebih berkembang, walaupun masih banyak orang-orang lama juga. Tapi sudah ditransformasi culture-nya," ungkap Indra bangga.
Direktur Operation & Engineering BUMA, Sorimuda Pulungan memaparkan, dalam beroperasi, BUMA memiliki prosedur-prosedur yang bertumpu pada good mining practices. Dalam pelaksanaannya, terdapat bantuan teknologi berupa fleet management system, sistem yang mengelola alat-alat berat yang digunakan. "Itu semua nanti dihubungkan dengan database system, sehingga ada orang yang tugasnya mengoptimasi," ujar Pulungan. Ia menambahkan, BUMA juga mengembangkan serta menggunakan tools dan aplikasi yang memungkinkan operasi tambang berjalan dengan produktif, efisien, dan aman.
Operation, menurut Pulungan, merupakan pekerjaan yang terus-menerus. "Karena itu, operation itu harus dikerjakan dengan aman. Pekerjaan itu juga harus dikerjakan dengan produktif dan efektif karena resource yang digunakan di tambang ini adalah investasi yang sangat besar. Kalau menjalannya tidak dengan disiplin yang tinggi, output-nya itu bisa tidak di level yang diharapkan. Kalau tidak di level yang diharapkan, bisa membuat perusahaan tidak survive," tutur Pulungan.
Bagi Pulungan, ke depan, BUMA harus terus berjalan." No matter siapa yang menjalankannya. Tapi perusahaan ini harus menjadi perusahaan tempat orang berusaha, tempat karyawannya mendapatkan kehidupan. Tempat keluarga karyawan membesarkan keluarganya. Juga tempat shareholder dan stakeholder mendapatkan bagiannya. Oleh karena itu, perusahaan ini harus berjalan dengan baik," pungkasnya.
Untuk pengembangan bisnis, BUMA juga melihat berbagai peluang yang terbuka dan mungkin dimasuki perusahaan. Seperti diutarakan Direktur BUMA Jason Thompson, perusahaan terus mencari proyek yang tepat untuk digarap dengan klien-klien terbaik. Ia mengatakan, BUMA mulai melihat peluang-peluang di luar bisnis tambang yang memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan dan memberdayakan keunggulan sumber daya yang dimilikinya. Tentu saja, peluang-peluang yang dilirik tidak akan terlalu jauh dari keahlian yang dimiliki oleh BUMA.
Bagi Pulungan, ke depan, BUMA harus terus berjalan." No matter siapa yang menjalankannya. Tapi perusahaan ini harus menjadi perusahaan tempat orang berusaha, tempat karyawannya mendapatkan kehidupan. Tempat keluarga karyawan membesarkan keluarganya. Juga tempat shareholder dan stakeholder mendapatkan bagiannya. Oleh karena itu, perusahaan ini harus berjalan dengan baik," pungkasnya.
Sebagai ekspatriat yang sudah cukup lama bermukim di Indonesia, Jason melihat faktor kekeluargaan menjadi keunggulan BUMA. Menurut Jason, BUMA berhasil bertransformasi dari perusahaan keluarga menjadi sebuah entitas korporat yang mampu mempertahankan nilai-nilai kekeluargaan. Ke depan, ia optimistis BUMA dapat berkembang lebih besar.
Hal senada diungkapkan Direktur Keuangan BUMA, Una Lindasari. Menurut Una, keingian jajaran direksi akan masa depan perusahaan tentu serupa, yakni peningkatan capaian kinerja dan kesinambungan bisnis perseroan.
Bagi Una, saat ini batubara masih memberikan margin keuntungan yang cukup besar dibanding mineral. Bahkan, BUMA pernah melakukan eksplorasi beberapa jenis barang tambang, tetapi tetap batubara yang masih menciptakan laba yang tinggi.
“Jadi, misalnya kita punya satu tambang konsensi masih dalam bentuk greenfield, dari awal itu yang kita akan lakukan adalah membangun jalan, mendirikan mess, membuat perkantoran, dan sebagainya. Nah, dari sisi itu, kita lihat sisi construction-nya. Ini masih satu-kesatuan dengan divisi tambangnya itu sendiri. Ke depannya kita mau itu menjadi divisi sendiri, menjadi profit center sendiri,” kata Una.
“Kalau misalnya kita di level satu saat ini, oke kita akan berpikir tentang dua-tiga tahun ke depan apakah kita mampu naik ke level dua atau bahkan tiga. Kita lalu membuat perencanaan untuk 5–10 tahun ke depan. Keinginan spesifik tentu kita ingin BUMA makin hebat lagi. Model bisnis perusahaan mungkin saja bisa berubah, kita bukan kita ngomongin kontraktor pertambangan saja, tapi kita kembangkan lebih menyeluruh,” terang Una.
Keberhasilan BUMA hingga menjadi salah satu kontraktor terbesar di pertambangan batubara tentu tak lepas dari kerja sama yang terjalin dengan customer. Jika klien-klien yang ditangani BUMA saat ini merasa puas, mereka akan bercerita kepada calon-calon stakeholder baru tentang kecakapan BUMA menggali batubara dari perut bumi.
Bagaimana cara “sederhana” mengukur kepuasan klien terhadap kinerja BUMA? Komisaris PT Delta Dunia Makmur Tbk, Hamid Awaluddin, punya rumus sendiri.
Nomor satu, katanya, banyak klien atau pemilih lahan tambang batubara menawarkan diri agar BUMA bersedia menjadi kontraktor penambangannya. Yang kedua, lanjut Hamid, klien tadi kemudian bercerita kepada para pemilik tambang lain kalau mau kontraktor yang oke, sebaiknya mengontak BUMA.
“Nah, datang pelanggan yang lain yang belum menjadi klien kami, tapi menawarkan diri. That’s it. Itu parameter yang jelas buat saya. Kepuasan pelanggan. Dan kepuasan pelanggan itu ditentukan oleh banyaknya customer. Ukuran selanjutnya adalah BUMA belum pernah diberhentikan kontraknya di tengah jalan,” kata mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia itu.
Hal itu menunjukkan bahwa klien sama-sama puas. Dalam keadaan krisis batubara beberapa tahun lalu, BUMA tetap tegak dan bahkan mendapatkan klien baru yang sangat besar, yakni Berau Coal. “Kalau BUMA kena imbas, waktu itu, tentu tidak mungkin dia survive, kan? Anda lihat, berapa banyaknya kontraktor kelimpungan ketika industri batubara hancur? BUMA tegak dan mendapat klien terbesarnya yang bernama Berau,” lanjut Hamid.
Lebih lanjut Hamid menjelaskan, dalam sektor industri pertambangan batubara ini, terutama kontraktor, yang utama adalah kemampuan perusahaan menyiapkan alat. Dan peralatan ini bukan peranti yang murah, bahkan harga per unit alat bisa mencapai miliaran rupiah. Dengan demikian, kalau kinerja finansial BUMA bermasalah, tentunya BUMA akan kesulitan untuk mendatangkan peralatan. Padahal, setiap ada klien baru maka BUMA akan mendatangkan alat baru juga.
“Apa hubungannya? Pertama, setiap ada klien baru berarti ada alat baru. Dari mana itu uang? Uangnya ada karena pekerjaannya semenjak dilaksanakan itu menghasilkan uang, kan. Dan uangnya ini disimpan untuk investasi ke alat baru. Kedua, dengan banyaknya permintaan, klien baru, dan banyaknya perpanjangan kontrak, orang puas, artinya alat yang kami pakai itu memuaskan. Tidak rusak di tengah operasional. Kenapa tidak mudah rusak? Karena well maintanced. Nah, well maintanced itu komponennya adalah servis sesuai aturan. Berapa jam alat itu kerja harus diservis. Kedua, ada spare part yang selalu tersedia sehingga begitu rusak langsung diperbaiki. Ketiga, BUMA punya staf andal, mekanik yang mengontrol, dan ini sistemnya sudah berjalan. Jadi, tak perlu mencari-cari mekanik saat alat rusak. Mekanik langsung bisa tahu,” sambung Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia periode 2004–2007 itu.
Di mana keunggulan BUMA di mata komisaris? Jawabannya, ada pada leadership BOD yang betul-betul memahami secara teknik misi organisasi. “Ronald sebagai dirut, apa saja yang berkaitan dengan tambang batubara, dia tahu. Ibaratnya, jangkrik yang digilas oleh traktor pun, dia tahu. Jadi, kalau kita lihat tadi faktor finansial dengan turunannya pada well maintanced, banyaknya alat, sekarang kita lihat faktor internal. That’s the leardership. Sangat detail semua itu. Apa saja yang Anda tanya kepada semua jajaran direktur kami, semua tahu,” ujar Hamid.
Secara pribadi, Hamid memuji kepemimpinan Ronald yang berorientasi kepada customer. “Dia itu tipe orang yang misalnya Anda negosiasi dengan dia, sudah berjabat tangan tiba-tiba Anda batalkan di tengah jalan. Mestinya dia kecewa dan marah, kan. Dia tidak, tuh. Tetap, dia tidak berubah ke Anda sampai kapan pun meskipun dikecewakan. Dua tahun lagi Anda datang kepada dia, tetap akan ditanya, ‘Apa yang bisa dibantu, Pak?’ Gaya Ronald itu menular ke jajaran direktur di bawah. Customer oriented. Memuaskan semua orang. Jadi, terbangun personifikasi leadership yang dimiliki Ronald, yang orang langsung asosiasikan dengan BUMA.”
BUMA, aku Hamid, juga menjadi perusahaan yang taat pajak, termasuk juga belum pernah mendapat teguran financial perbankan, misalnya. Apa yang menjadi kewajiban perusahaan akan ditunaikan secepat mungkin. Tidak ada istilah BUMA menunggak pajak.
Batubara adalah industri yang naik-turunnya sangat volatile. Dua tahun lalu, industri ini kelimpungan. Tiba-tiba pada semester tiga 2017, harga batubara naik dan memberikan kesejahteraan lebih bagi para pekerjanya. Beberapa bulan lalu sempat fluktuatif kembali. Situasi seperti ini sebenarnya sering membuat para investor “senam jantung”. Ibaratnya, investor sudah pinjam uang dari bank, menandatangani kontrak, tiba-tiba harga batubara collapse yang mengakibatkan peralatan menjadi tidak bekerja.
Kondisi tersebut (idle capacity) sering dialami kontraktor batubara lain. Namun, BUMA tidak mengalaminya karena perencanaan kegiatan penambangan sangat matang. Setiap prediksi pekerjaan tambang selalu berlandaskan studi yang dalam. Jadi, BUMA tidak sampai menjual alat. Simpan dan recovery. Dengan hitung-hitungan matematika yang sangat jelas, faktor eksternal tidak terlampau menghantam BUMA.
“Saya sangat puas dengan kinerja BOD saat ini. Saya orangnya praktis. Ukuran yang saya pakai selalu itu tadi parameternya, kepuasan klien. Kedua, saya, kan, sering ke lapangan, ya. Pernah ada masanya saya selalu senang sekali ke lapangan, lihat anak-anak, kan. Anak-anak itu, yang bekerja sama kami, puas sekali dengan sistem kerja yang ada. Renumerasinya mereka puas. Semua berjalan baik karena perumahannya diperhatikan, kesehatannya diperhatikan, jaminan sosialnya. Semua fair dan terbuka. Sehingga kalau kita ke site, tidak ada kepura-puraan. Mentang-mentang ada BOC datang, tiba-tiba indah itu mess, karena malamnya ditanami pohon. Nggak ada kepura-puraan seperti itu,” ungkap Hamid.
Dengan berkaca pada yang ada selama ini, baik leadership maupun manajemen, prospek BUMA ke depan pasti akan tetap bagus. Kalau memang tidak bisa lebih bagus, BUMA cukup mampu mempertahankan posisinya seperti sekarang. Kalau melihat angka statistik, pada saat industri batubara mengalami krisis, banyak perusahaan kontraktor yang collapse. BUMA tidak demikian, ini artinya performance perusahaan cukup bagus.
Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah karyawan harus di-update ilmunya tentang perkembangan teknologi di bidang pertambangan, terutama untuk alat-alat yang digunakan BUMA. Supaya semua pekerjaan bisa dijalankan dengan memanfaatkan teknologi.
“Yang perlu ditekankan selanjutnya adalah kedisiplinan dalam hal ketepatan atau akurasi. Akurasi waktu. Akurasi penggunaan alat. Akurasi hitungan. Itu penting sekali, sehingga betul-betul perusahaan ini bisa efisien. Karena dengan kompetisi yang ada sekarang, peluangnya itu sama. Yang bisa memberi nilai tambah perusahaan dibanding yang lain adalah kemampuan manajemen efisiensi,” tandas Hamid.
Pandangan serupa juga disampaikan Komisaris PT Bukit Makmur Mandiri Utama, Ariani Vidya Sofjan. Menurutnya, tantangan ke depan adalah memikirkan strategi yang sistematis, karena batubara yang bersifat fluktuaktif tadi. Dalam jangka panjang, perlu dipikirkan apakah mau beralih ke yang lain, misalnya mineral. Kalau hanya mengandalkan batubara, risikonya mungkin tetap besar, sementara kalau bisa diversifikasi yang lain bisa mengimbangi kondisi batubara semisal sedang turun.
“Tantangannya sebenarnya lebih ke jangka pendek dan bagaimana pertumbuhan dari sisi volume BUMA tahun ini dan tahun depan bisa meningkat di samping biaya yang juga terkendali. Karena biasanya, kan, kalau lagi ekspansi kadang-kadang kita suka nggak terlalu memikirkan dari sisi biaya, yang penting oke kita ekspansi dulu saja, soal biaya itu nanti. Tapi untuk BUMA seharus sudah belajar waktu terjadi turbulensi harga batubara kemarin, jadi semestinya lebih behati-hati ke depannya dari sisi ekspansi dan dari sisi kontrol biayanya,” ujar Ariani.
Di samping itu, Komisaris PT Bukit Makmur Mandiri Utama, Sunata Tjiterosampurno mengingatkan bahwa BOD saat ini memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkan perusahaan ini untuk melewati masa yang bagus dan melatih seluruh elemen perusahaan saat menghadapi situasi sulit di masa mendatang.
“Ini, kan, komoditas bisnis, ya. Jadi, harga batubara bisa bagus dan bisa naik-turun. Jadi, saya berharap, keputusan yang diambil para BOD BUMA tidak hanya berdasarkan apa yang terjadi dengan situasi tahun ini, tapi juga mengingat bahwa ke depannya tidak selalu bagus. Yang kedua, selalu melakukan improvisasi mengenai SDM perusahaan. Karena kalau equipment itu, kan, ujung-ujungnya yang menjalankan orang juga. Mencari talent di Indonesia itu nggak gampang. Jadi, untuk berkembang dan untuk jadi lebih besar, fokusnya mesti di situ juga,” katanya.
Bagi Sunata, fokusnya sebenarnya sama bahwa BOD sudah cukup mengerti dalam arti kata selalu fokus pada efisiensi dan produktivitas, baik dalam hal operasi maupun dalam hal pembelanjaan barang-barang modal. Sebab, BUMA dulu pernah membeli banyak alat, tapi begitu harga batubara turun, alatnya jadi tidak bisa dipakai karena tidak ada kliennya. Sehingga BUMA tetap perlu melakukan efisiensi dari operasi dan barang-barang modal.
Sunata juga berpesan bahwa kepada teman-teman dari semua pegawai BUMA, kalau manajemen semisal melakukan hal yang sistematis dan baik, tentu harus dipahami kita tidak bisa membuat semua orang senang, tapi sebagian besar pegawai seharusnya bisa merasakan manfaatnya.
Sunata tak menutup mata bahwa 20 tahun lagi iklim bisnis bisa berubah, tapi pihaknya tidak ada mandat khusus kepada BOD. Bagi dia yang penting adalah “we are good in whatever we are doing”. Apabila ada bisnis bisnis baru yang bukan di batubara, tapi masih dekat dengan batubara, kalau pelan-pelan BUMA mau coba boleh-boleh saja. “Tapi seperti yang saya bilang tadi, kita sampai hari ini bukan karena hari ini kita ngomong ketemu bisnis lain, besok kita bisa jadi bisnis lain.”
Menurut Sunata, semua komisaris juga berterima kasih atas kontribusi dari teman-teman BOD dan seluruh karyawan BUMA. Tak lupa, komisaris juga mengapresiasi apa yang telah dikerjakan oleh semua komponen BUMA.
“Intinya kita satu kapal, kita ready. Jangan karena situasi bagus kita happy dan jangan karena jelek lalu kita semua jadi lemes,” pungkasnya.
Perubahan dalam lima tahun ke depan, dalam pandangan Direktur Utama BUMA, Ronald Sutardja, akan jauh lebih cepat dibandingkan perubahan yang telah dialami selama 20 tahun kehadiran BUMA. "Lima tahun ke depan adalah peluang luar biasa bagi BUMA untuk menjadi perusahaan yang lebih luar biasa lagi," ujar Ronald.
Menurut Ronald, saat ini perusahaan sudah sangat kuat. "Yang saya inginkan, dengan kekuatan tersebut, di tambang kondisi lagi bagus, kita maju lagi lebih cepat. Karena kita sudah pernah lihat, industri pasti ada naik-turunnya, kompetisi juga akan lebih cepat. Sekarang adalah waktu untuk BUMA untuk lebih luar biasa lagi," ujarnya.
Peluang pertama bagi BUMA adalah dengan mengembangkan bidang usahanya, yaitu jasa pertambangan, juga hal-hal lain yang termasuk jasa pertambangan atau yang membutuhkan kompetensi mirip dengan jasa pertambangan. Sebagai kontraktor tambang, BUMA memiliki sumber daya manusia dalam jumlah besar serta menguasai hal-hal teknis yang dibutuhkan untuk pekerjaannya. Selain itu, BUMA terbiasa menangani proyek di lokasi-lokasi yang berat, lokasi-lokasi yang jauh dari mana-mana dan dengan kondisi yang terkadang tidak biasa. "Jadi, BUMA itu ahli dalam mengurus orang, yang memiliki kemampuan teknis kuat, di lokasi yang tidak mudah," ujar Ronald menyimpulkan. Hal-hal itu menjadi keunggulan untuk menjajaki berbagai peluang yang membutuhkan hal-hal tersebut.
Peluang berikutnya adalah terkait dengan teknologi. Hal ini dalam keyakinan Ronald akan membuat BUMA menjadi luar biasa. "Kalau bukan BUMA yang mengambilnya, orang lain yang akan mengambilnya. Dan, hal itu cepatnya luar biasa," ungkap Ronald. Jadi, menurut dia, BUMA harus maju dalam hal teknologi. "Kita sudah cukup baik, tapi untuk jadi amazing belum. Saya mau kita amazing melalui teknologi," ujarnya.
Hal terakhir yang tidak kalah penting adalah menyangkut sumber daya manusianya, yaitu orang-orangnya. Ronald bersyukur, BUMA memiliki orang-orang yang "DNA-nya sudah benar". "Mereka itu orang-orang yang mau bekerja keras, memiliki integritas, tidak takut susah, dan sayang satu sama lain. Karakter-karakter yang bagus ini kita dimanfaatkan untuk menjadi lebih luar biasa lagi untuk menjawab challenge dari teknologi dan challenge perkembangan bisnis," ujar Ronald.
Indonesia hingga 2030 akan mencapai periode emas. Perubahan besar yang terjadi di tingkat global serta bonus demografi yang sedang dinikmati Indonesia membuka peluang teramat lebar untuk berkembang pesat. "Kalau BUMA bisa masuk di dalamnya, ikut serta, dan menjadi pemimpin, BUMA ke depan akan menjadi sangat luar biasa," pungkas Ronald.