BAGIAN 6

Militansi dan Kemoterapi

BUMA sebenarnya memiliki banyak karyawan militan. Mereka loyal kepada perusahaan hingga belasan tahun. Wajar jika BUMA memberi perhatian khusus kepada karyawan seperti ini.

scroll kebawah

Di site BUMA SDJ ada JB Sitohang. Ia bisa menjadi salah satu contoh jiwa militansi karyawan. Sitohang sudah bekerja bersama BUMA sekitar 18 tahun. Sekarang ia menempati posisi sebagai Superintendent Procurement Supply Chain Management (PSCM) atau istilah mudahnya mengurusi logistik. Baginya, BUMA adalah perusahaan yang membuka pintu lebar-lebar bagi orang yang benar-benar mau bekerja.

Menurut Sitohang, syarat agar bisa masuk BUMA adalah jujur dan mau belajar. Di saat persaingan antarkontraktor batubara di Tanah Air berlangsung sengit, BUMA hanya ingin karyawannya bekerja sebaik mungkin. Kalau karyawan sudah bekerja dengan baik, perusahaan juga akan mengembalikan hasilnya untuk karyawan.
“BUMA adalah perusahaan yang betul-betul menjaga kesejahteraan karyawannya. Selain memberi bonus, BUMA juga memberikan training agar kami-kami ini pintar,” kata Sitohang.

Selama bergabung dengan BUMA, Sitohang pernah mengalami suatu masa bagaimana perusahaan benar-benar memperhatikan karyawannya. Suatu ketika Sitohang mengalami sakit yang tak main-main. Penyakit ini menyerang kelenjar getah beningnya. Akibat dari penyakit ini, Sitohang harus menjalani kemoterapi hingga 6 kali dengan hasil yang belum jelas. Padahal saat itu, site Bengalon, Kalimantan Timur di mana ia bekerja sudah akan habis kontraknya.

Ia lantas mulai cemas akan masa depannya, sebab setelah mengalami sakit ini tentu saja performa kerjanya tak seperti harapan. Lagi pula perusahaan mau melakukan penutupan proyek Bengalon sehingga wajar jika ia tidak dipekerjakan kembali di proyek selanjutnya.

“Saat itu tahun 2012, saya sangat khawatir. Kalau saya tidak dipekerjakan lagi, sementara pengobatan saya belum selesai, berarti pengobatan ini harus berhenti. Tapi ternyata saya masih dipakai, tidak diputus, tidak dipecat, meski saya masih sakit. Ini yang membuat saya kagum dan bertahan di BUMA,” aku Sitohang.
Sitohang amat berterima kasih kepada perusahaan, sebab selain pekerjaannya berlanjut, pengobatannya tetap ditanggung meski ia yakin biaya yang dikeluarkan perusahaan cukup besar.

“Saya kemo enam bulan dan selama itu saya tidak dipecat. Uniknya, pada 2013 saya malah mendapat bonus yang cukup banyak menurut saya. Ini sungguh luar biasa, nilai tambah yang diperoleh perusahaan dibagikan kembali kepada karyawannya. Bonus yang saya terima saat itu kalau dihitung sangat besar. Rasanya seperti mimpi. Saya ini sakit, biaya pengobatan saya besar, tapi masih diberi bonus yang besar juga. Itu sungguh-sungguh di luar perkiraan saya.”

Selama masa pengobatan, Sitohang memang tidak aktif bekerja, sebab setiap 25 hari ia harus menjalani kemoterapi di sebuah rumah sakit di kota Malang, Jawa Timur. Perusahaan sungguh-sungguh memberikan dispensasi. Selain izin untuk berobat, BUMA juga menanggung ongkos tiket pesawat pergi-pulang dan biaya perawatan rumah sakit. Ini menjadi bukti perhatian serius BUMA kepada karyawannya.

Sekarang, Sitohang sudah merasa lebih baik. Ia mengaku penyakitnya sudah tidak kambuh lagi. Setiap pulang ke kampung halamannya di Blitar, Jawa Timur, Sitohang mengaku banyak tetangganya yang tertarik ingin masuk BUMA. Meski tetangganya tahu bahwa bekerja di pertambangan batubara itu keras, mereka seperti terinspirasi dari kehidupan Sitohang yang dapat dibilang baik.

Mencegah Kontaminasi

Di site, karyawan BUMA acap menghadapi berbagai persoalan. Namun, kerap juga hal ini justru memantik kreativitas para karyawan untuk berinovasi dan berimprovisasi. Salah satunya dengan menerapkan teknologi yang lebih praktis. Namun, selain membantu kinerja karyawan, hal ini tentu memberikan tantangan dengan karakter yang berbeda-beda.

“Di Plant itu terbagi atas beberapa section. Saya di bagian big digger. Ini ngurusin ekskavator. Itu yang big cliff yang besar-besar. Tantangannya di sini, bagi saya, bagaimana kita harus mencapai KPI yang telah ditentukan oleh perusahaan. Contohnya, mean time between stoppages (MTBS). Itu kita harus mencapai 60 jam. Artinya, dari unit service atau perbaikan, maintenance, sampai ke pengoperasian kekuatannya harus 60 jam, tidak ada break down. Digger ini adalah unit yang paling utama untuk produksi. Perbandingannya, satu unit big digger itu bisa enam sampai delapan hauler Heavy Dump Truck. Jadi, maintenance-nya harus sungguh-sungguh,” ujar Jainuddin, Supervisor Diggers BUMA di Adaro.

Bila dalam operasional terdapat unit yang tiba-tiba mengalami gangguan, para mekanik harus siap meluncur menuju lokasi unit bermasalah. Gangguan yang dialami unit akan langsung disampaikan bagian produksi kepada mekanik melalui operator radio.

“Kalau unitnya rusak tidak mungkin kita pindah ke workshop atau bengkel. Mekaniklah yang mendatangi unit itu. Mekanik datang dengan beberapa persiapan, misalnya membawa peralatan untuk mencegah kontaminasi. Break down alat besar itu paling besar ke kontaminasi. Kebocoran oli yang bisa langsung ke tanah dan sebagainya. Yang kita tangani pertama biasanya kontaminasi dulu, baru setelah itu perbaikan unit,” kata Ryan Alfianoor, Mechanic Dozer & Grader BUMA di Adaro.

Tempo penanganan kerusakan unit, imbuh Mechanic Diggers Shutdown BUMA di Adaro, Muhroni, sekitar 30 menit sejak adanya laporan. “Misalkan dari operator ada keluhan, misalkan lock, nggak bisa bergerak kemudian dia laporkan ke operator radio dan operator radio menginformasikan kepada kami, ada durasi 30 menit kita datang ke sana. Kalau misalkan itu tidak masalah, bisa operasi lagi, dia tidak termasuk break down. Tapi, kalau misalkan ternyata breakdown, akan kita perbaiki di tempat. Big digger tidak ada unit yang dibawa ke workshop. Makanya kami selalu menyiapkan peralatan di mobil, misalnya terpal dan drum untuk mencegah kontaminasi. Karena ketika oli tumpah ke tanah, akan mencemari lingkungan. Ini sangat menjadi perhatian pihak Adaro.”

Berkat penerapan IT, apa yang dihadapi Jainuddin, Ryan, Muhroni, dan karyawan site lainnya dapat dipantau dari kantor pusat BUMA di Jakarta. Pekerjaan menjadi lebih terukur dan keberhasilan penambangan serta keselamatan pekerja kian terjaga.

Sederhana Tapi Bermanfaat

Implementasi teknologi yang dilakukan BUMA tak melulu dalam rupa teknologi informasi atau digitalisasi, tetapi juga menyentuh hal-hal praktis di jajaran unit. Bahkan, para operator pun mendapat kesempatan luas untuk berinovasi bila menemukan cara atau alat yang bisa mengefektifkan kerja secara aman dan efisien.

Hal itu diamini Agus Rianto, operator unit 785 BUMA di tambang milik SDJ. Menurut Agus, ada banyak teknologi yang diterapkan pada unit atau alat berat yang dimiliki BUMA. Bahkan beberapa teknologi tersebut, kata Agus, tak ditemukannya di perusahaan lain. Teknologi itu ada yang berupa bawaan dari unit, ada pula hasil inovasi para karyawan.

Dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi tersebut, sebagai operator alat berat Agus merasa sangat terbantu. Pada unit yang dia bawa misalnya, Agus selalu memperhatikan informasi awal tentang kondisi unitnya. Jika ada masalah seperti tekanan oli mesin yang rendah, indikator di unit akan memberi peringatan. Saat situasi seperti itu, Agus akan mengingat kembali pelatihan yang pernah didapatkan.

“Misalnya, kalau alarm di unit menyala, kita harus berhentikan secepatnya dengan mematikan engine,” terang Agus. Setelah itu, ada prosedur lanjutan untuk melaporkan ke pengawas. Termasuk jika ada keadaan darurat, para operator itu sudah memahami apa-apa saja yang harus dilakukan.

Ada juga improvement yang tampaknya sederhana, tetapi memberikan manfaat yang signifikan. Agus mencontohkan lampu sinyal tambahan untuk berkomunikasi antara unit hauler dan loader. Dengan memasang lampu ini, operator hauler dan loader dapat saling memberi sinyal tanpa perlu menggunakan radio untuk berkomunikasi. Sebab, jika terlalu kerap menggunakan radio, saluran komunikasi menjadi terlampau padat, sementara informasi yang dikirimkan hanya singkat.

Ide tentang lampu sinyal ini muncul dari pengalaman para operator sehari-hari. Ide tersebut kemudian dicatat, dipresentasikan, dan diuji coba efektivitas, efisiensi, dan keamanannya.

Meski penerapan teknologi sangat membantu untuk mencapai target, manusia-manusia BUMA tetap menjadi faktor yang memberikan andil paling besar. Di jajaran operator, lanjut Agus, kedisiplinan menjadi kunci keberhasilan kerja, dalam arti mampu mencapai target yang dibebankan dan selamat selama bekerja.

“Kesadaran untuk mematuhi aturan dan bagaimana attitude kita akan sangat membantu kita saat bekerja,” ujar Agus.

Ide dan Improvisasi

Dalam hal inovasi teknis atau ide-ide teknologi yang bisa meningkatkan produktivitas kerja, BUMA memang membuka pintu seluas-luasnya bagi seluruh karyawannya. Biasanya, ide-ide ini akan muncul setelah manajemen memberi tantangan ataupun target yang terasa ambisius.

Project Manager BUMA di SDJ Wella Sukamto bercerita bagaimana ia memacu stafnya untuk berimprovisasi. Ia memancing karyawan BUMA di SDJ dengan canangan target yang cukup tinggi. Sebagai contoh, Wella memasang target tahun ini one week one SS. Maka dalam satu tahun, capaian minimalnya 52 SS. Target ini memang sengaja dilebihkan dari target awalnya yang hanya 30 SS.

Setelah target diberikan, manajemen dan karyawan akan membuat komitmen. Dalam komitmen ini, karyawan di seluruh level membubuhkan tanda tangan. Setelah itu, Wella akan mendatangi setiap function. Contohnya, ia datangi bagian logistik. Ia kumpulkan kepala bagian, supervisor, dan frontman-nya dalam satu forum. Wella juga mengundang staf dari bagian Business Excellence (BE). BE adalah bagian yang mengawal proses SS (suggestion system) bersama CI (continuous improvement).

Pada forum itu, Wella kemudian menyampaikan pentingnya inovasi dan improvisasi. “Saya berikan contoh sehari-hari. Misalnya, dulu kita kalau mau naik ojek harus ke pangkalan. Kalau sekarang gimana? Ya, tinggal pakai ojek online. Ojeknya yang mendatangi kita. Kalau kita nggak dinamis mengikuti zaman, pasti kelibas kita,” katanya.

Wella juga memberi penekanan bahwa inovasi atau improvisasi tidak selalu harus “wah”. Ia ambil contoh, tatkala Amerika dengan NASA-nya menerbangkan astronot-astronot ke luar angkasa, ada persoalan kecil yang mengganggu misi ini, yakni bagaimana cara menulis di luar angkasa yang notabene hampa udara. Pulpen yang berisi tinta jelas tak akan berguna karena cairan akan langsung tercerai berai dalam kondisi nir-udara. Solusi sederhana dari masalah ini, para astronot mencatat dengan menggunakan pensil.

Jadi, kata Wella, ide itu tidak harus mahal. Selain itu, ide yang baik adalah ide yang direalisasikan.

“Anda punya satu ide tapi direalisasikan itu lebih baik daripada Anda punya 100 ide tapi cuma jadi gagasan. Ayo, tanamkan ide itu buat dijalankan. Yang ketiga saya bilang bahwa ide itu ‘tanaman’ kebaikan yang Anda buat dan Anda akan memetik hasilnya. Orang akan melihat Pak A berapa SS-nya, Pak B berapa SS-nya. Kalau nilainya sama, saya akan bertanya siapa yang buat SS paling banyak. Mereka akan terpacu untuk itu,” tegasnya.

Bagi manusia-manusianya, BUMA adalah rumah ideal untuk mengejar prestasi dan menggapai cita-cita masa depan yang gemilang di industri tambang. Sepahit apa pun situasi kerja yang harus dihadapi, mereka tak akan pernah dibiarkan berjuang sendirian. Para pimpinan dan rekan-rekan kerja akan bahu-membahu meringankan setiap persoalan, sehingga bukan hanya kinerja perusahaan yang makin meningkat, melainkan juga kualitas hidup seluruh Manusia BUMA.


ke atas